Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Karisma Evi Tiarani, Atlet Para Atletik yang Pecahkan Rekor Dunia

Kompas.com - 26/11/2019, 12:20 WIB
Riska Farasonalia,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - "Orang yang hebat bisa menghasilkan karya yang bermutu, tapi guru yang bermutu dapat melahirkan ribuan orang hebat". 

Begitu kutipan yang dilontarkan oleh seorang atlet para atletik muda berbakat Karisma Evi Tiarani, saat memperingati Hari Guru Nasional yang jatuh pada 25 November 2019.

Evi, sapaan akrabnya, baru saja memecahkan rekor dunia dalam kejuaraan World Para Athletics Championships 2019, di Dubai, Uni Emirat Arab.

Gadis kelahiran Boyolali, 19 Januari 2001 ini telah mengharumkan nama bangsa karena berhasil memecahkan rekor dunia di nomor 100 meter putri dengan catatan waktu 14,72 detik pada Rabu (13/11/2019).

Baca juga: Karisma Evi Tiarani, Pelari Para Atletik Indonesia Cetak Rekor Dunia

Keberhasilan yang diraih Evi itu pun tak lepas dari didikan pelatih serta dukungan dari orangtua, dan gurunya, hingga dia mengantarkan emas pertama Indonesia dalam ajang yang digelar pada 7-15 November.

"Selamat hari guru! Untuk seluruh bapak atau ibu guru, semoga tetap semangat dalam mendidik generasi penerus bangsa," ucap Evi saat dihubungi Kompas.com, Senin (25/11/2019).

Jatuh cinta

Evi sudah jatuh cinta pada olahraga lari sejak dirinya duduk di kelas 2 SMP.

Meski menyandang tunadaksa, Evi tak menganggap kondisi itu sebagai suatu kendala.

Hasilnya, Evi mampu menembus keterbatasan dengan prestasinya yang telah diraih.

Bahkan Evi optimis akan mampu meraih prestasi hebat lain dalam ajang selanjutnya.

"Saya menyukai olahraga lari sejak kelas 2 SMP. Lari adalah olahraga pertama yang benar-benar saya tekuni," cerita Evi yang mengidolakan atlet juara lompat jauh Maria Natalia Londa.

Bagi Evi, selama proses latihan merupakan saat-saat yang menyenangkan, meskipun terkadang dihinggapi rasa bosan. Ia mulai rutin berlatih sejak tahun 2014.

Evi sempat merasa sedih karena harus berpisah dari orangtuanya.

Saat menjalani latiha Evi harus tinggal di asrama. Belum lagi semasa masih sekolah juga harus bisa membagi waktu antara latihan dan belajar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com