"Saya melihat dengan mata kepala sendiri ketika rumah saya hancur dan hanyut dibawa air bah. Untung saya cepat keluar rumah, kalau tidak, saya mungkin sudah mati," kata Ernawati dengan suara serak.
Setelah melihat rumahnya hancur dan hanyut dibawa air bah, Ernawati berlari ke tempat aman sampai longsor reda.
Sekarang dia tidak lagi memiliki rumah sebagai tempat berlindung dan beristirahat.
Ernawati mengaku dirinya terpaksa menumpang di rumah saudaranya, entah sampai kapan.
"Saya tidak tahu sampai kapan. Apakah rumah saya akan dibangun lagi atau tidak, entah lah," ujar Ernawati.
Bersyukur masih selamat
Ernawati mengatakan dirinya sangat bersyukur bisa selamat dari bencana tersebut. Sebab, terlambat sedikit saja, iamungkin bisa menjadi korban terjangan material longsor.
Ernawati juga bersyukur karena anggota keluarga lainnya saat kejadian tersebut tidak berada di rumah.
"Suami saya sudah tiada. Anak saya saat itu pergi berdagang. Sedangkan cucu dititipkan di rumah saudara. Alhamdulillah mereka tidak berada di rumah sehingga terhindar dari bahaya," kata Ernawati.
Banjir bandang dan longsor tersebut bukan hanya menghancurkan rumah milik Ernawati, namun juga 12 rumah warga lainnya.
Lima di antaranya rusak parah. Selain itu, satu masjid juga hancur dan satu madrasah mengalami kerusakan.
Selain itu, longsor ini juga menyebabkan akses jalan lumpuh akibat tertutup material longsor sepanjang 100 meter dengan ketinggian 10 meter lebih.
Akses jalan baru bisa terbuka setelah 48 jam seluruh tim dari BPBD, Satpol PP dan Damkar, kepolisian, tentara, tim relawan dan masyarakat bahu membahu membuka jalan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.