Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekeringan, Warga Kediri Gelar Shalat Istisqo hingga Sedekah Dawet

Kompas.com - 23/11/2019, 15:48 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Meskipun hujan sudah terjadi di beberapa daerah, namun beberapa wilayah di Kabupaten Kediri maupun Kota Kediri di Jawa Timur masih dilanda kekeringan. Akibatnya, warga kekurangan air bersih.

Wilayah yang mengalami kekurangan air bersih itu berada pada kawasan dataran tinggi. Penduduk di wilayah itulah yang paling merasakan dampak kemarau panjang ini.

Di Kabupaten Kediri, yakni Desa Bobang Kecamatan Semen yang ada di kaki Gunung Wilis dan Desa Sepawon Kecamatan Polosklaten di kaki Gunung Kelud.

Untuk menutupi kebutuhan air bersih sebagai keperluan harian, warga menggantungkan bantuan air bersih yang dipasok oleh pemerintah setiap harinya.

Baca juga: Kekeringan Ekstrem, Kabupaten Sumba Timur 249 Hari Tanpa Hujan

" (Hari ini) droping air bersih di Desa Bobang dan Plosoklaten," ujar Randy Agata, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kediri, Sabtu (23/11/2019).

Begitu juga di wilayah Kota Kediri, warga yang tinggal di lingkungan Lebak Tumpang kawasan Gunung Klotok juga mengalami kekurangan air bersih.

Warga menggunakan tandon air maupun benda-benda lain yang memungkinkan untuk digunakan menadahi air bantuan.

Mereka menempatkan tandon-tandon itu di depan rumah masing-masing. Lalu petugas truk tangki pemasok air mengisinya secara bergantian.

Itu sebagaimana yang terlihat di wilayah Lebak Tumpang, Kota Kediri pada Sabtu (23/11/2019).

Baca juga: Kekeringan Belum Selesai, Anggaran Distribusi Air di Gunungkidul Sudah Habis

Pasokan air bantuan dari pemerintah itu setidaknya cukup untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi keperluan dapur, kebersihan diri, dan sedikit untuk ternak. Tetapi tidak untuk pertanian.

Sehingga selama kemarau ini, banyak lahan-lahan pertanian di kawasan itu dibiarkan pemiliknya menganggur begitu saja karena ketiadaan air.

" Sudah beberapa bulan ini sawah-sawah nganggur karena kering," ujar Heri (39), warga Bobang, Kecamatan Semen.

Kearifan Lokal Menghadapi Kemarau

Kekeringan akibat kemarau panjang ini mempunyai dampak multiflier. Misalnya kurangnya air bersih bagi warga hingga kebutuhan air bagi pertanian.

Masyarakat, khususnya Kediri, dengan kearifannya berusaha melakukan berbagai upaya agar hujan segera tiba. Mereka melakukan pendekatan secara religi maupun pendekatan budaya.

Pendekatan secara religi itu kerap dengan menggelar shalat istisqo oleh kalangan santri. Ritual ibadah jenis ini merupakan pendekatan kepada Tuhan agar bermurah hati menganugerahkan hujan.

Selain itu sebagian masyarakat di Kediri juga menggelar upacara tradisi yang juga bagian pengharapan hujan segera turun.

Itu misalnya yang dilakukan oleh warga di Kecamatan Mojo yang menggelar kesenian tiban, juga masyarakat petani di Kecamatan Paron yang menggelar sedekah dawet. (K20-11).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com