"Maka itu kita minta daerah-daerah bisa mengemasnya lebih baik lagi untuk bisa kita jual sebagai produk yang membanggakan bagi masyarakat Papua," kata dia.
Dengan akan datangnya belasan ribu tamu ke Papua pada pelaksanaan PON 2020, Mano melihat Kopi Papua bisa memiliki peminat tersendiri.
Ia bahkan meminta pemasaran Kopi Papua juga bisa dilakukan di beberapa bandara besar di Indonesia, seperti di Soekarno-Hatta, Bali, dan lainnya.
Sementara Kepala KPw BI Papua, Naek Tigor Sinaga memandang keberadaan Kopi Papua bisa dikombinasikan dengan objek-objek wisata yang ada di Jayapura.
Hal tersebut ia pandamg dapat menambah nilai ekonomis kopi Papua.
"Ini bisa menjadi penunjang sektor pariwisata dengan mengkombinasikannya dengan objek wisata," kata Tigor.
Baca juga: Festival Kopi Rejang Lebong Putus Ketergantungan ke Tengkulak
Tidak hanya dari sisi ekonomi, Kopi Papua kini juga telah berdampak pada sisi sosial.
Setidaknya hal tersebut yang dilihat oleh Piter Tan, Pemilik Pits Corner yang merupakan salah satu pelopor gerai kopi di Jayapura.
Piter yang juga memiliki sekolah barista, menyebut selama setahun terakhir banyak bermunculan warung hingga gerai kopi.
"Tahun lalu masih belasan gerai, sekarang ini sudah sekitar 40 warung/gerai kopi, ini pasti berdampak pada sisi sosial karena mampu membuka lapangan pekerjaan," tutur Piter.
Selain itu, ia mengungkapkan bila kini sudah banyak generasi muda Papua yang ingin menjadi peracik kopi (barista).
Dengan semakin banyaknya gerai/warung kopi dan hotel di Papua, keberadaan Barista diyakini akan sangat dibutuhkan sehingga akan semakin banyak generasi muda yang terhindar dari hal-hal negatif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.