Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Ingat Balapan Tradisional Kadaplak? Permainan Ekstrem Ini Kembali Dihidupkan Generasi Milenial

Kompas.com - 22/11/2019, 10:56 WIB
Agie Permadi,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Saat itu masih ada perdebatan. Namun, para pemuda menggali untung rugi menghidupkan kembali permainan itu.

Awalnya, Gunawan dan pemuda kampung setempat mulai memainkan permainan ini sebagai hiburan semata untuk mengingat permainan di masa lalu.

Namun seiring waktu, dia melihat bahwa permainan tradisional ini memiliki banyak keuntungan bagi para pemuda di kampung tersebut.

"Terutama membentuk karakter. Karena permainan ini tuntutannya berupa kreatifitas, teamwork atau gotong royong, ada unsur seni dan olahraga jadi terbangun," ujar Gunawan.

Merakit Kadaplak

D bengkel Kadaplak, para pemuda desa mengumpulkan kayu dan bambu tak terpakai untuk dirakit menjadi Kadaplak, sesuai dengan imajinasi mereka.

Untuk kerangka badan Kadaplak itu menggunakan pohon kopi atau pun bambu. Sedangkan untuk rodanya nya menggunakan kayu kuray.

Pohon kopi atau pun bambu ini dipotong sesuai ukuran yang diinginkan, kemudian disambung dengan menggunakan tali ataupun dengan bantuan sekrup dan paku.

Peserta balap kadaplak tengah meluncur di lintas curam di kaki gunung Palasari, Kampung Batu Loceng, Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (21/11/2019).KOMPAS.COM/AGIE PERMADI Peserta balap kadaplak tengah meluncur di lintas curam di kaki gunung Palasari, Kampung Batu Loceng, Desa Sunten Jaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (21/11/2019).

Untuk pelumas roda, pemuda setempat menggunakan daun sepatu yang telah ditumbuk.

Mereka menyebutnya sebagai oli alami. Meski begitu, ada sebagian dari mereka yang menggunakan oli untuk pelumas mesin

"Sekarang pake kayu kuray, karena ringan dan lebih alot seratnya. Karena ini permainan tebing dan tidak bermesin, jadi bobot memengaruhi. Kalau misal dari kayu besar dan besi mereka cenderung malas karena berat ketika diangkat. Sedang ini bobotnya sekira 5-10 kilo jadi lebih ringan," jelas Gunawan.

Untuk bentukan kadaplak berdasarkan kreatifitas dan imajinasi dari pembuatnya, Gunawan tak ingin membatasi kreatifitas pembuatnya.

Namun, jangan sampai merusak alam hanya karena ini membuat kadaplak. 

Menurut Gunawan, perbedaan permainan tradisional kadaplak dengan permainan modern ada pada cara bermainnya.

Permainan modern menuntut si pemain untuk menang dengan cara apapun. Namun, dalam permainan Kadaplak, pemain yang menang atau yang kalah tetap bergembira.

Ada insiden atau kecelakaan itu tidak masalah, malah itu jadi tantangan agar lebih baik lagi.

Keuntungan lainnya, permainan ini juga guna menyibukkan para pemuda setempat dengan kegiatan yang positif, sehingga terhindar dari kegiatan-kegiatan yang negatif.

Permainan Kadaplak ini juga ada di beberapa daerah, hanya saja penamaannya yang berbeda.

"Nama Kadaplak ini branding kami di Batu Loceng," kata Gunawan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com