Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bali Disarankan Tidak Dikunjungi pada 2020, Gubernur Koster: Itu Kampanye Negatif

Kompas.com - 21/11/2019, 11:37 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Gubernur Bali I Wayan Koster menanggapi terkait pemberitaan media Amerika Serikat Fodor's Travel bahwa Bali disarankan tak dikunjungi pada 2020.

Terkait hal tersebut, Koster mengatakan pemberitaan tersebut adalah kampanye negatif dari pesaing Bali.

Menurutnya, kondisi Bali secara umum masih baik.

Hal tersebut dibuktikan dengan setiap tahun Bali selalu diputuskan oleh forum masyarakat dunia sebagai destinasi wisata terbaik.

"Sebenarnya Bali secara umum baik. Ada hal-hal kecil iya," kata Koster di Denpasar, Kamis (21/11/2019) pagi.

Baca juga: Media Amerika Sarankan Bali Tak Dikunjungi 2020, Wagub: Sangat Berlebihan

Kumpulkan pelaku pariwisata

Koster mengatakan, dalam waktu dekat akan mengumpulkan para pelaku pariwisata untuk mengidentifikasi sejumlah masalah yang ada.

Beberapa di antaranya adalah turis yang mulai mencuri, mabuk, berantem, kemudian melanggar seperti masuk ke tempat suci dan duduk di tempat yang tidak semestinya.

"Kemudian juga kenakalan dan kriminal lainnya saya kira harus dikelola dengan baik," katanya.

Sebelumnya, media wisata asal Amerika Serikat, Fodor's Travel, meluncurkan daftar destinasi untuk dikunjungi dan lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi pada 2020.

Menariknya, dalam daftar destinasi yang lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi pada 2020 atau No List, Fodor's Travel mencantumkan Bali sebagai salah satu destinasi dalam daftar tersebut. 

Baca juga: Bali Disarankan Tidak Dikunjungi Pada 2020, Dinas Pariwisara Sebut Kampanye Hitam Pesaing

Pajak turis, kawasan darurat sampah

"Bali, pulau yang paling banyak dikunjungi di Indonesia telah menderita efek pariwisata massal dalam beberapa tahun terakhir, sampai pemerintah menarik pajak turis untuk membantu memerangi efek (pariwisata massal) terhadap lingkungan," dikutip dari situs Fodors.com.

Fodor's Travel menyebutkan, Bali pada 2017 dideklarasikan sebagai kawasan darurat sampah lantaran terlalu banyak sampah plastik di pantai dan perairan.

"Badan Lingkungan Hidup Bali mencatat bahwa pulau itu menghasilkan 3.800 ton sampah setiap hari, dengan hanya 60 persen berakhir di tempat pembuangan sampah. Sebuah pengamatan yang jelas bagi siapa pun yang mengunjungi pulau itu," tulis Fodor's Travel.

Baca juga: Bali Disarankan Tidak Dikunjungi pada 2020 oleh Media Wisata AS

Kelangkaan air bersih, perilaku turis tak senonoh

Hal lain yang menjadi fokus Fodor's Travel adalah kelangkaan air bersih di Bali karena pembangunan vila dan lapangan golf yang berdampak pada petani lokal.

Juga perilaku turis yang tidak senonoh, terutama di kawasan suci pusat peribadatan, membuat pihak berwenang di Bali berupaya membuat peraturan dan pedoman.

"Wisatawan yang mengunjungi situs-situs keagamaan dengan mengenakan pakaian renang, memanjat situs-situs suci, dan umumnya tidak menghormati adat dan norma budaya," tulis Fodor's Travel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com