Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sonto Wiryo Jatuh dari Ketinggian 9 Meter hingga Lengan Patah Menggantung Selama 19 Tahun

Kompas.com - 21/11/2019, 08:38 WIB
Rachmawati

Editor

Barno (48) anak bungsu Sonto mengatakan tulang lengan ayahnya yang menggantung tertahan urat dan otot.

Untuk aktivitas sehari-hari, dia mengandalkan tangan kirinya.

"Niki patah. Mboten saget (Ini patah. Tidak bisa). Kulo dawah saking inggil (saya jatuh dari atas)," kata Sonto dengan suara parau.

Baca juga: Kisah Kakek Diwisuda pada Usia 85 Tahun, Murid Saat di SMP Jadi Dosen di Kelas hingga Raih IPK 3,5

 

Penderes nira kelapa

Sonto muda dikenal sebagai penderes kelapa. Kala itu ia bisa memanjat 20 pohon nira miliknya. Sedangkan sang istri yang memasak nira jadi gula.

Produksi gula merah itu menjadi penghasilan utama bagi keluarganya,

Namun saat ini, Sonto dan istrinya mengandalkan cucunya untuk menyadp nira.

Sehari-hari Sonto mencari bahan bakar untuk produksi gula nira dengan mengandalkan tangan kirinya. Mulai pagi hingga sore ia mengumpulkan kayu bakar dan pelepah pohon pisang serta ranting kering.

Baca juga: Kisah Warga Pulau Ende, Turun Temurun Terpaksa Minum Air Sumur yang Rasanya Asin

Ia juga mencari pakan untuk kambing peliharaannya di sekitar desanya yang memiliki kontur tebing dan jurang.

Bahkan Sonto yang saat ini berusia 84 tahun masih bisa mengangkat pacul dan memecah batu.

"Niki ngangge genen (ini untuk pengapian tungku)," kata Sonto sambil tersenyum.

Selama sehari, Sonto dan Mukijem (80) bisa membuat maksimal 4 kilogram gula merah. Mereka akan mendapatkan uang Rp 50.000 setiap dua hari sekali dari penjualan gula merah olahannya.

Baca juga: Kisah Warga Pulau Ende, Turun Temurun Terpaksa Minum Air Sumur yang Rasanya Asin

 

Tinggal di lerang Bukit Menoreh

Warga tampak membawa rumput di lereng Bukit Menoreh, kawasan Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (8/9/2015).KOMPAS.com/Ika Fitriana Warga tampak membawa rumput di lereng Bukit Menoreh, kawasan Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (8/9/2015).
Sonto dan Mukijem tinggal bersama anak serta cucunya di rumah sederhana di Dusun Crangah di lereng Bukit Menoreh.

Rumah Sonto berada di salah satu tebing yang curam. Rumah sederhana tersebut terbuat dari dinding kayu dan asbes.

Lantainya semen halus. Rumahnya tertata rapi dengan kandang kambing di depan rumah yang bersih.

"Rumah bikin sendiri. Dinding sendiri. Membangun sendiri. Lantai ini (semen) dibantu anak-anak," kata Mujikem.

Baca juga: Kisah Sugiarto, si Tukang Berantem yang Sukses Jual Sepatu ke AS

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com