Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, "The Silent Killer" Penurunan Muka Tanah Ancam Wilayah Semarang

Kompas.com - 21/11/2019, 06:14 WIB
Riska Farasonalia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Badan Geologi Kementerian ESDM mengungkapkan telah terjadi penurunan muka tanah atau The Silent Killer pada wilayah yang berada di daerah pesisir pantai utara Pulau Jawa.

Di Kota Semarang, Jawa Tengah sendiri telah mengalami penurunan permukaan tanah sekitar 10 cm setiap tahun.

Hal tersebut dikemukaan oleh Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar saat ditemui di acara 'Kesiapsiagan masyarakat Pantura Jawa Tengah menghadapi Amblesan Tanah' di Hotel Patrajasa, Semarang, Rabu (20/11/2019).

"Semarang mengalami penurunan tanah sekitar 2 cm hingga 10 cm per tahun, itu di beberapa tempat tidak merata. Sejak 2011 kami lakukan pemantauan rutin, lihat ada patok-patoknya sebagai bukti penurunan," kata Rudy.

Baca juga: Gawat, Penurunan Muka Tanah di Senayan Capai 20 Centimeter Per Tahun!

Rudy mengatakan penurunan muka tanah atau biasa disebut dengan amblesan tanah ini disebabkan karena faktor alamiah (natural) dan faktor manusia (antropogenik).

"Faktor alamiah yang dapat mempengaruhi amblesan tanah antara lain sifat alami konsolidasi tanah, umumnya berada pada endapan yang relatif muda (Kuarter) dan pengaruh adanya tektonik, biasanya disebabkan oleh adanya struktur geologi," kata Rudy.

Sementara yang disebabkan karena faktor manusia antara lain pengambilan air tanah yang tidak terkontrol dan pembebanan, yang berasal dari bangunan infrastruktur yang berlebihan.

 

Masyarakat harus sadar bencana yang mengintainya

Menurunnya permukaan tanah ini, lanjut Rudy biasanya terjadi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama.

"Untuk itu kita harus adaptasi dengan wilayah-wilayah tersebut. Kita kan tidak bisa begitu saja pindah. Seperti misalnya yang terjadi di Semarang Utara, tidak mudah memindahkan kota ke suatu tempat. Tapi yang tinggal di situ yang harus menyesuaikan," jelas Rudy.

Maka dari itu, kata Rudy para pemangku kepentingan terkait kebencanaan dan tata ruang wilayah untuk senantiasa meningkatkan upaya-upaya mitigasi dengan mensinergikan kebijakan pemerintah pusat/daerah.

"Sehingga harapannya semua elemen di masyarakat siap siaga dalam menghadapi ancaman bencana seperti amblesan tanah," pungkasnya.

Baca juga: Atasi Laju Penurunan Muka Tanah Jakarta, Ini Langkah Pemerintah

Atlas daerah rawan bencana geologi

Dalam kesempatan ini Badan Geologi Kementerian ESDM juga meluncurkan atlas peta Sebaran Tanah Lunak Indonesia dan Atlas Sebaran Batu Lempung Bermasalah Indonesia.

Kedua atlas ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan gambaran daerah-daerah yang memiliki kendala geologi berupa tanah lunak dan batu lempung bermasalah di Indonesia dalam skala provinsi.

"Kedua atlas ini dapat digunakan oleh semua pemangku kepentingan sehingga dapat menyamakan persepsi untuk meningkatkan langkah-langkah mitigasi terutama dalam menghadapi ancaman terhadap kendala geologi, baik itu tanah lunak maupun batulempung bermasalah," tandasnya.

Sebagai informasi, setelah acara tersebut dilanjutkan pula kegiatan kunjungan lapangan (field trip) ke daerah terdampak amblesan tanah di Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak dan Kaligawe, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com