Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/11/2019, 13:35 WIB
Acep Nazmudin,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SERANG, KOMPAS.com - Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menyebut setidaknya 10 pabrik sepatu di Banten akan memindahkan pabriknya ke Jawa Tengah.

Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakri mengatakan perpindahan sejumlah pabrik dilakukan lantaran tingginya upah minimum kabupaten/kota (UMK) di Banten yang berdampak pada biaya produksi.

"UMK-nya tinggi dan UMSK (Upah Minimum Sektoral Kota) juga (tinggi)," kata Firman dihubungi Kompas.com, pekan lalu. 

Firman mengatakan, perpindahan pabrik tersebut akan berdampak pada ratusan ribu pekerja yang saat ini masih berstatus karyawan pabrik sepatu yang tersebar di provinsi Banten.

Baca juga: Bantah Asosiasi, Disnaker Tangerang Sebut Tak Ada Pabrik Sepatu Pindah ke Jateng

 

Gubernur Banten prihatin

Menanggapi hal ini, Gubernur Banten, Wahidin Halim mengaku prihatin dengan sejumlah pabrik yang akan pindah ke Jawa Tengah.

Serupa dengan Aprisindo, kata dia, pindahnya pabrik lantaran biaya produksi yang tinggi.

"Banyak yang gak sanggup, bea produksi tinggi, ekspor juga, prihatin, mangkanya kita berharap pada buruh untuk memahami kondisi sekarang," kata Wahidin Halim di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Rabu (20/11/2019).

Mantan Wali Kota Tangerang ini mengatakan, tingginya biaya produksi dan upah di Provinsi Banten membuat banyak perusahaan yang terpukul.

Terutama pabrik tekstil dan kaos kaki.

Namun, Wahidin tidak merinci berapa perusahaan yang berminat pindah dari Banten ke provinsi lain.

Baca juga: 10 Pabrik Sepatu Ramai-ramai Angkat Kaki dari Banten, Apa Sebabnya?

Janjikan investasi baru masuk

 

Sebaliknya, Wahidin menyebut, pindahnya pabrik dari Banten, dibarengi dengan sejumlah investasi yang akan masuk.

"Kita investasi paling tinggi, Rp 36 triliun mau digelontorkan tahun 2019/2020 ini," kata dia.

Sebelumnya, Presidium Aliansi Buruh Banten Bersatu (AB3), Maman Nuriman mengatakan hengkangnya puluhan pabrik sepatu dari Provinsi Banten akibat upah buruh yang naik.

Menurut dia, itu hanya akal-akalan pengusaha untuk memeras tenaga buruh dengan upah sekecil-kecilnya.

"Itu hanya kamuflase saja. Sesungguhnya (pengusaha) masih mampu (membayar upah tinggi)," ujar dia saat ditemui Kompas.com di Kawasan Niaga Terpadu Batu Ceper, Kota Tangerang, Rabu (20/11/2019).

Akal-akalan pengusaha

Baca juga: Pabrik Sepatu Hengkang, Pengangguran di Banten Berpotensi Naik Ratusan Ribu Orang

 

Maman mencontohkan sepatu bermerk mahal yang diproduksi di Banten. Sepatu hasil produksi pabrik yang beroperasi di Banten tersebut bisa dijual mahal di luar negeri.

"Ini dijual di negara luar cukup tinggi, satu pasang (harganya) saja bisa Rp 1 juta lebih," kata dia.

Dengan demikian, Maman menilai, perusahaan semestinya sangat sanggup untuk membayar buruh dengan upah paling tinggi di angka Rp 150.000 per hari.

Baca juga: Aliansi Buruh Sebut Hengkangnya Pabrik Sepatu dari Banten Hanya Akal-akalan Pengusaha

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com