Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Kuswanto Pascaoperasi, Tulang Pinggul Hilang, Feses Bocor di Bekas Jahitan Perut

Kompas.com - 20/11/2019, 06:00 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Pada operasi pertama, usus dipotong 12 sentimeter untuk memperlancar saluran pencernaan. Namun, kotoran atau feses justru bocor hingga keluar melalui lubang bekas jahitan operasi.

Sampai akhirnya operasi yang kedua pun dilaksanakan dengan memotong usus sepanjang 13 sentimeter, hingga tim medis melakukan "kolostomi".

Sederhananya, kolostomi adalah operasi pembuatan lubang di perut untuk mengeluarkan kotoran atau feses.

Jenis operasi ini sering disebut sebagai terapi pengalihan usus, karena tujuan kolostomi adalah menggantikan fungsi usus besar untuk menampung dan mengeluarkan feses. 

Operasi ini dilakukan dengan cara membuka salah satu ujung usus besar, lalu dihubungkan pada bukaan atau lubang (stoma) pada dinding perut. Feses tidak akan lagi keluar melalui anus, tapi melalui lubang alias stoma pada dinding perut tadi.

Setelah itu, pada lubang perut akan ditempelkan sebuah kantong kolostomi untuk menampung feses yang keluar. Kantong ini perlu diganti secara rutin setelah kotorannya penuh supaya tidak menimbulkan infeksi.

Ada sedikit perbedaan bentuk feses yang keluar lewat anus dan lubang perut. Bedanya, feses yang keluar mungkin tidak sepadat saat keluar melalui anus, tapi cenderung lebih lunak atau cair. 

"Katanya karena usus lengket sehingga tak bisa kentut, kencing dan buang air besar. Operasi perut pertama, usus dipotong 12 sentimeter, namun justru feses bocor melalui luka bekas jahitan. Lalu digelar operasi kedua dengan memotong usus 13 sentimeter serta dibuatkan lubang di perut untuk mengeluarkan feses," terang Siswandi, pekerja swasta ini.

Baca juga: Derita Maria, Mengidap Penyakit Tumor Ganas, Ingin Sembuh Tidak Ada Uang untuk Berobat

Menyesal, ingin mengulang waktu

Meski semua biaya medis itu telah ditanggung oleh BPJS Kesehatan, namun jaminan itu tak bisa membayar rasa kekecewaan Kuswanto.

Penyesalan tak berujung yang dirasanya telah merenggut masa-masa terpenting dalam hidupnya.

Kini kondisi fisik dan kesehatan Kuswanto telah berubah drastis pascaserentetan operasi yang dijalaninya itu. Tak selazimnya pria seumuran Kuswanto yang leluasa berbuat apapun.

Sekujur tubuh Kuswanto kurus kerontang tinggal tulang berbalut kulit. Ukuran kedua tangan dan kaki pria lajang ini nyaris sama.

Kuswanto pun sudah tak berhasrat untuk makan dan minum seperti sedia kala. Saat ini jangankan membalikkan tubuhnya sendiri, menggerakan kedua tangan dan kakinya saja Kuswanto tak mampu. 

Walau tak berdaya dan hanya bisa terbaring lemas di atas ranjang di rumah, Kuswanto tetap bersyukur. Daya berfikir Kuswanto masih cukup cakap. Respons inderanya dalam melihat dan berbicara juga masih bagus.

"Jika saya bisa mengulang waktu, saya memilih menolak menjalani operasi. Bahasa kasarnya, kalau saya tidak dioperasi, saya tidak mungkin seperti ini," katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com