ENDE, KOMPAS.com - Proyek Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) atau alat penyulingan air laut menjadi air tawar di Kecamatan Pulau Ende, Kabupaten Ende, Flores, NTT yang dikerjakan tahun 2015 itu mubazir.
Proyek itu diadakan dengan tujuan mengatasi persoalan pelik di pulau Ende, yakni air minum bersih.
Sebab, sejak nenek moyang hingga kini, warga di pulau Ende ini mengonsumsi air asin dari sumur bor.
Tidak tanggung-tanggung, di tahun 2015, pemerintah pusat mengucurkan dana sebesar Rp 14 miliar untuk proyek penyulingan air laut menjadi tawar itu.
Baca juga: Kisah Warga Pulau Ende, Turun Temurun Terpaksa Minum Air Sumur yang Rasanya Asin
Proyek itu tentu menjadi angin segar bagi warga. Namun, kenyataan tidak sesuai harapan warga.
Pada tahun 2016, warga menikmati hasil dari proyek penyulingan air laut jadi air tawar ini, namun hanya sekali hingga dua kali saja.
Sesudah itu, alatnya tidak berfungsi lagi. Tanpa ada penjelasan yang masuk akal dari dinas terkait.
Dari sebelumnya, warga sudah senang ada alat itu, semuanya kembali sedih.
Baca juga: Cerita Warga Pedalaman Ende Cari Sinyal Harus Jalan Kaki 1 Km
Warga terpaksa harus kembali mengangkut air tawar dari Kecamatan Nangapanda dengan perahu motor.
Adapula, mereka membeli air kemasan di kota Ende untuk dikonsumsi.
Hasan Runu, salah satu warga pulau Ende mengatakan dari proyek itu semua instalasi dan meteran air sudah di pasang setiap rumah.
"Ini pipa dan meteran sudah tersambung di setiap rumah. Satu dan dua kali saja kemarin airnya jalan. Setelah itu sampai sekarang, tidak ada lagi," kata Hasan kepada Kompas.coom, Minggu (17/11/2019).
"Alat, pipa, dan meteran ini mubazir semua."
Baca juga: Pemkab Ende Kucurkan Rp 2 Miliar Benahi Taman Renungan Bung Karno
Hasan mengaku sudah berharap banyak alat itu bisa terus beroperasi. Apalagi, seluruh warga sudah memasang instalasi dan meteran di setiap rumah.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.