Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teror Harimau Hantui Warga Sumsel, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 19/11/2019, 06:41 WIB
Aji YK Putra,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Warga di kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan akhir-akhir ini menjadi resah sejak munculnya harimau sumatera.

Bahkan, satu korban terkaman harimau meninggal, sementara satu orang lagi menjalani perawatan di rumah sakit.

Kedua korban tersebut adalah wisatawan dan petani kopi di Gunung Dempo, Kota Pagaralam.

Yakni, Irfan (19) wisatawan gunung Dempo, kota Pagaralam. Dia masih menjalani perawatan di rumah sakit pada Sabtu (16/11/2019). 

Korban lainnya yakni Kuswanto (57) petani kopi di Lahat. Dia tewas usai diterkam harimau ketika sedang menebang pohon di kebun, pada Minggu (17/11/2019).

Tak hanya itu, hewan ternak milik juga mati diserang oleh harimau di Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Kabupaten Lahat, Minggu (17/11) malam.

Baca juga: Untuk Ketiga Kalinya, Lembu Milik Warga Dimangsa Harimau Sumatera

BKSDA pasang kamera trap 

Tim dari BKSDA Sumatera Selatan telah diturunkan untuk menyelidiki kasus munculnya harimau sumatera, satwa liar yang dilindungi tersebut.

Kepala BKSDA Sumsel Genman Suhefti Hasibuan mengatakan, mereka saat ini memasang kamera trap untuk memantau di beberapa titik wilayah munculnya harimau sumatera. 

Setelah pemasangan kamera trap, tim akan mengkaji penyebab konflik antara manusia dan harimau di lokasi tersebut.

"Masyarakat diimbau segera melaporkan kepada petugas BKSDA Sumsel apabila terdapat perjumpaan dengan harimau baik jejak maupun aktivitas," kata Genman.

Baca juga: Lagi Berkemah, Wisatawan Taman Gunung Dempo Diterkam Harimau

Habitat diduga terganggu akibat kemarau

Fenomena penyerangan satwa liar bernama latin Panthera Tigris Sumatrae ini belum diketahui penyebabnya.

Namun, beberapa faktor bisa saja menjadi pemicu satwa dilindungi ini turun dari gunung. Seperti habitat yang terganggu, atau faktor alam yakni kekeringan.

Seperti diketahui, Sumatera Selatan mengalami kemarau panjang pada tahun ini. Hal itu membuat beberapa sumber air menjadi kering.

"Mungkin dia mencari air, dan keluar dari habitat, istilahnya disorientasi. Katakanlah kesasar, manusia saja bisa tersasar,"ujarnya.

Menurut Genman, jarak antara pemukiman warga dan hutan lindung pun hanya sekitar 7 kilometer. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com