Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tari Kontemporer "Perempuan Ibu Bumi", Upaya Protes Perusakan Lingkungan akibat Tambang Emas Ilegal di Lombok

Kompas.com - 18/11/2019, 12:43 WIB
Fitri Rachmawati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Lingkungan tercemar mercury, bayi lahir tak sehat

Atas riset itu Ari mengaku memilki kesadaran baru, bahwa persoalan lingkungan di lombok cukup mengkhawatirkan.

"Saya jadi sedih dan gelisah mengingat dampaknya, dan coba saya salurkan melalui karya, dengan harapan dari karya tersebut bisa memberikan pesan dan membangun kesadaran baru di masyarakat, maka terlukislah kegelisahan saya pada 'Perempuan Ibu Bumi'," katanya.

Sosok perempuan penuh semangat dalam tarian itu digambarkan terkapar dan jatuh, meski demikian dia tetap berusaha bangkit, berjuang untuk ibu bumi.

"Masalah tambang emas ilegal akan berdampak pada hak reproduksi perempuan, lahirnya bayi-bayi tidak sehat karena lingkungan yang tercemar mercury," ungkap Ari.

Baiq Elysmina, salah seorang penari yang berperan sebagai penentang tambang mengatakan bahwa proses latihan mereka sangat singkat, tetapi menyenangkan, karena antara gerak dan musik sangat seirama.

Elysmina mengatakan bahwa dirinya adalah warga, Sekotong Lombok Barat yang dekat dengan lokasi tambang emas.

Menurutnya secara ekonomi tambang emas Sekotong memang dapat mendongkrak penghasilan warga yang mendadak menjadi penambang. 

"Tetapi dampak berikutnya adalah tercemarnya lingkungan karena cairan kimia mercury yang digunakan untuk mengolah hasil tambang," kata Elysmina.

Apresiasi

Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB, Fairuz Abadi mengatakan bahwa pertunjukan tari kontemporer kali ini adalah etalase dari proses panjang para kreator-kreator generasi muda di  Lombok ini.

"Ke depan kami ingin memperbanyak literasi seni dan budaya, salah satunya adalah untuk meningkatkan kegairahan geberasi muda kita dalam berkesenian," katanya.

Fairuz juga mengingatkan bahwa pengaruh kebudayaan baru bukan hal yang harus dihindari tetapi dipadukan antara tradisi dan kesenian modern.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com