Ia menceritakan, air asin yang jadi andalan warga itu diperoleh dari sumur bor. Sumur bor itu digali secara swadaya setiap pemilik rumah.
Hans menyebut, ada juga sumur bor yang didanai pemerintah. Tetapi, itu jumlahnya sedikit.
Hans mengungkapkan, warga sudah seringkali menyampaikan kepada pemerintah tentang kerinduan menikmati air minum tawar seperti di wilayah lain.
"Kami tahu dan sadar, di sini tidak ada sumber air tawar. Tetapi, apalah gunanya pemerintah jika tidak peduli dengan rakyatnya sendiri," kata Hans.
"Kami ingin minum air bersih yang tidak asin seperti layaknya warga di wilayah lain di kabupaten ini," ungkap Hans.
Hans menceritakan, saat ada tamu yang berkunjung ke pulau Ende, warga terpaksa harus membeli air dalam kemasan di kios untuk diminum.
"Sedih sekali. Sebenarnya hal ini kami tidak ceritakan. Tetapi ini penting agar pemerintah bisa tahu keadaan kami di sini," cerita Hans.
Baca juga: Pemkab Ende Kucurkan Rp 2 Miliar Benahi Taman Renungan Bung Karno
Hans mengaku sangat bersyukur, di ujung tahun 2019 ini, pulau Ende yang letaknya jauh dari ibukota Kabupaten bisa dikunjungi para wartawan.
Hans menuturkan, puluhan tahun lamanya warga menghuni pulau itu, baru kali ini mendapat kunjungan dari media massa di Kabupaten Ende.
"Kami sangat bersyukur, adik-adik bisa datang kunjung ke sini. Selama ini kami rindu untuk menyampaikan aspirasi. Selama ini kami tidak ada media yang menulis keluh kesah warga di pulau ini," tutur Hans.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan