"Dan hari ini saya hadir dengan harapan ketemu beliau. Tetapi sudah wafat. Mudah-mudahan semangatnya terus berlanjut," lanjut dia.
Butet Kartaredjasa wakil keluarga yang mendapatkan kesempatan berpidato selanjutnya tidak bisa berkata banyak saat dimintai tanggapan mengenai Ngayogjazz pertama tanpa Djaduk.
Baca juga: Selamat Jalan Mas Djaduk Ferianto...
Butet tampak terdiam sejanak sebelum mengucapkan"...urung iso omong aku (belum bisa ngomong, aku)".
"Ngayogjazz ini harus menjadi kegembiraan bersama nguntapke (simpati) Djaduk, jangan larut dalam kesedihan," ujar Butet.
"Ngayogjazz tetep terus berkelanjutan untuk masyarakat dengan semangat sama, untuk berpindah pindah dari kampung ke kampung," lanjut dia.
Dikutip dari laman https://ngayogjazz.com, Ngayogjazz diselenggarakan sejak 2007.
Penyelenggaraannya selalu memilih penyelenggaraan di pedesaan dengan melibatkan penduduk setempat.
Harapannya bisa membangkitkan perekonomian lokal dan masyarakat setempat bisa ikut menikmati. Sebab, dalam penyelenggarannya Ngayogjazz memainkan kesenian lokal dan pasar tiban.
Baca juga: Djaduk Ferianto Meninggal Dunia, Butet Berharap Ngayogjazz 2019 Tetap Jalan
Musisi muda dilibatkan dalam acara ini, karena tidak ingin membatasi musisi yang sudah mapan.
Tahun 2019 ini, Ngayogjazz akan menampilkan Kuaetnika feat Didi Kempot & Soimah, Arp Frique (Belanda), Mus Mujiono with Dexter, Idang Rasjidi Sings Jazz, Tompi, Dewa Budjana, Eym Trio (Perancis), Baraka (Jepang), Bagong Big Band, Indro Hardjodikoro Trio ft. Sruti Respati.
Ada pula Frau, Fstvlst, Rodrigo Parejo Quartet (Spanyol), Aartsen-Farias-Kelley (Indonesia-Brasil-as), Nonaria ft Mas Brass, Dony Koeswinarno, serta komunitas jazz dari berbagai kota seperti Jogja hingga Samarinda.
Mereka akan tampil di tujuh panggung yang terletak di Dusun Kwangon selama satu hari.