Selain itu galian atau lubang tampungan air pada lahan di utara retakan dan rumah yang rusak harus ditimbun.
"Tidak melakukan aktivitas yang dapat memicu pergerakan tanah seperti pemotongan lereng secara sembarangan dan penebangan pohon besar berakar kuat serta dalam," pesan dia.
Dia mengatakan masyarakat harus memelihara tanaman pohon berakar kuat dan dalam. Juga ke depannya masyarakat tidak mengembangkan permukiman mendekat ke arah lereng.
Sosialisasi kepada masyarakat mengenai daerah rawan longsor dan banjir bandang harus ditingkatkan.
Rekomendasi lainnya masyarakat setempat untuk selalu mengikuti arahan pemerintah daerah setempat dalam penanganan bencana gerakan tanah.
Baca juga: Sulitnya Pengungsi Bercinta di Lokasi Pengungsian, Sewa Penginapan hingga Minta Bilik Asmara
Sebelumnya pantauan Kompas.com di lokasi, Rabu (9/10/2019) lalu tim PVMBG-Badan Geologi menyelidiki bencana tanah bergerak di kaki Gunung Walat itu menggunakan dua alat, yakni geolistrik dan ground penetrating radar (GPR).
Diberitakan sebelumnya bencana tanah bergerak kembali terjadi di Sukabumi, Jawa Barat.
Kali ini terjadi di kaki perbukitan Gunung Walat, Kampung Benda RT 05 RW 06, Desa Karangtengah, Kecamatan Cibadak, Rabu (9/10/2019).
Bencana ini mengakibatkan sedikitnya dua rumah rusak pada lantai dan dinding bangunan. Puluhan rumah dalam kondisi terancam.
Bencana geologi ini dikeluhkan para penghuni rumah sejak dua pekan yang lalu sekitar September 2019.
Baca juga: Cerita Murid SD Pengungsi Pergerakan Tanah di Ciamis: Kami Ingin Sekolah Baru yang Aman...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.