Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penyintas Bencana Tanah Bergerak: "Ngeri, Waktu Hujan Deras Air Masuk Retakan Tanah..."

Kompas.com - 14/11/2019, 21:04 WIB
Budiyanto ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Saat ini, dia melanjutkan bersama suaminya serta anak-anak dan cucunya tinggal di rumah saudaranya yang juga di sekitar rumahnya. Sedangkan rumahnya yang dibangun permanen sudah dibongkar dan tidak bisa dimanfaatkan.

"Saya sakit-sakitan pas di tenda, makanya pindah menumpang ke runah saudara. Di tenda paling hanya semingguan," tutur dia.

Baca juga: Tinggal di Huntara, Penyintas Bencana Tanah Bergerak di Sukabumi Kesulitan Air Bersih

Rumah baru untuk penyintas 

Kepala Desa Karangtengah Gerry Imam Sutrisno mengatakan dua kepala keluarga yang menjadi penyintas akan dipindahkan rumahnya sesuai hasil rekomendasi PVMBG Badan Geologi.

"Rencananya lahan untuk kedua rumah berlokasi tidak jauh dari lokasi rumah yang sekarang, masih di lahan desa," kata Gerry saat ditemui di Kantor Desa Karangtengah, Kamis (14/11/2019).

Menurut dia pembangunan kedua rumah akan diupayakan secara swadaya bersama masyarakat. Namun terbuka juga bagi para donatur yang akan memberikan donasi atau bantuan.

"Material dari bangunan yang ada sebelumnya juga tetap akan dimanfaatkan. Mohon doanya saja agar relokasi ini berjalan lancar," ujar dia.

Baca juga: Syukur Penyintas Tanah Bergerak Sukabumi, Pindah ke Rumah Sementara Meski Hanya 4x4 Meter

Rekomendasi Badan Geologi

PVMBG Badan Geologi di antaranya merekomendasikan bangunan rumah rusak akibat bencana tanah bergerak di kaki perbukitan Gunung Walat, Sukabumi agar direlokasi ke tempat aman dari bencana serupa.

Rekomendasi tersebut tertuang dalam laporan pemeriksaan gerakan tanah di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat - PVMBG Badan Geologi nomor 1643/45/BGL.V/2019  tertanggal 21 Oktober 2019 yang ditandatangani Kepala PVMBG Kasbani.

"Hasil kajian kami, secara teknis direkomendasikan dua unit rumah yang rusak agar direlokasi ke tempat yang aman dari ancaman gerakan tanah," kata Ketua Tim Pemeriksaan Gerakan Tanah di Cibadak, Yunara Dasa Triana saat dihubungi Kompas.com Senin (21/10/2019) sore.

Yunara menuturkan gerakan tanah berpotensi kembali berkembang jika terjadi peresapan air yang tinggi pada musim hujan.

Sehingga dia menyarankan agar retakan ditutup dan memadatkannya serta mengarahkan aliran air menjauh dari retakan untuk mengurangi peresapan air.

Yunara juga meminta warga agar meningkatkan kewaspadaan dan memantau secara mandiri perkembangan retakan. Dan segara melaporkan ke aparat yang berwenang jika retakan berkembang dengan cepat

"Warga yang tinggal di sekitarnya untuk segera mengungsi ke tempat aman," pinta lulusan S1 Fakultas Geologi Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung itu.

Baca juga: Puluhan Anak PAUD Penyintas Bencana Tanah Bergerak di Sukabumi Belajar di Lokasi Pengungsian

Warga diminta tanam pohon berakar kuat

Sementara rekomendasi lainnya, dia mengatakan agar menata sistem aliran air permukaan dan limbah rumah tangga dengan sistem aliran drainase yang kedap.

Juga tidak membuat kolam-kolam penampungan air dan lahan basah pada bagian bawah dan atas mendekati lereng.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com