Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita 2 Terduga Teroris di Kampar Sempat Mau Buat KTP dan KK ke Kantor Desa

Kompas.com - 14/11/2019, 17:27 WIB
Idon Tanjung,
Khairina

Tim Redaksi

 

PEKANBARU, KOMPAS.com - Beragam cerita mengenai keberadaan sejumlah  terduga teroris di Desa Kuapan, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau.

Sebelum berhasil ditangkap tim Densus 88 Mabes Polri, para terduga teroris melakukan berbagai kegiatan.

Mulai dari berenang di Sungai Kampar, minta uang jajan dan pekerjaan, hingga bolak-balik dari kampung ke kebun karet.

Ternyata, terduga teroris juga sempat pergi ke Kantor Desa Kuapan untuk membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).

Baca juga: Densus 88 Amankan 10 Terduga Teroris dari Bekasi, Jateng, Banten, dan Riau

Hal itu diceritakan Kepala Desa Kuapan, M Zen saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (14/11/2019).

"Sekitar sebulan lalu pernah datang ke kantor desa dua orang mau buat KTP dan KK," sebut Zen.

Kedua terduga pelaku, sambung dia, saat itu menemui sekretaris desa (sekdes) untuk mengurus identitas tersebut.

Namun, sekdes menolak karena kedua pelaku tidak membawa persyaratan yang diperlukan.

"Surat pindahnya enggak ada. Jadi berangkat desa tidak mau membuatkan. Setelah itu mereka langsung pergi," kata Zen.

Tidak pernah melapor

Zen membantah jika pihaknya kecolongan dengan keberadaan terduga teroris di wilayah kerjanya.

Hanya saja, dua orang terduga teroris yang sering dilihat warga tidak pernah melapor.

"Kami sebenarnya tidak kecolongan. Kami tahu mereka tinggal di sini, tapi enggak mau melapor sama Ketua RT atau pun RW," akui Zen.

Selama lebih kurang dua bulan di Desa Kuapan, kedua pria itu tinggal di rumah terduga teroris berinisial WN.

Namun, warga tidak mengetahui asal usul dan identitasnya.

Baca juga: Densus 88 Tangkap Pasangan Suami Istri Terduga Teroris di Cianjur

Bahkan, kata Zen, kedua terduga pelaku juga tidak mau ikut melakukan ibadah bersama warga.

Kecurigaan warga pun mulai muncul. Karena itu, ketua RT dan RW serta tokoh masyarakat lainnya berinisiatif untuk menemui terduga pelaku.

Namun, kedua terduga pelaku terkesan tertutup. Mereka tidak mau menyebut dari mana asalnya.

"Tapi setelah diajak bertemu sama tokoh masyarakat, mereka sudah jarang terlihat oleh warga," sebut Zen.

Belakangan, Densus 88 Mabes Polri menemukan gubuk tempat persembunyian dan latihan terduga teroris, setelah beberapa pelaku ditangkap.

Dua gubuk dibuat dari triplek beratap seng, terletak di sebuah kebun karet, berjarak sekitar lima kilometer dari rumah penduduk.

Di antara dua gubuk itu, terdapat sebuah lobang dengan kedalaman tiga meter, diduga tempat penyimpanan barang bukti para terduga pelaku.

Terkait adanya tempat persembunyian dan latihan itu, Zen mengaku tidak mengetahuinya. Meski disekitar gubuk terdapat kebun karet yang digarap warga setiap hari.

"Kami selaku perangkat desa memang tidak tahu tempat itu. Karena jauh juga dari desa," aku Zen.

Pendatang wajib lapor

Kepala Desa Kuapan Zen mengaku sudah meminta kepala dusun, ketua RT dan RW untuk mewajibkan setiap pendatang wajib lapor.

Hal itu dilakukan agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di Desa Kuapan.

"Tamu wajib lapor 1x24 jam. Tapi kalau tidak mau melapor ke kepala dusun, ketua RT dan RW, langaune lapor ke desa. Kita akan sama-sama menjumpai  tamu itu," kata Zen.

Dia juga mengimbau warganya untuk memprihatikan setiap tamu yang datang ke Desa Kuapan.

Apabila ada orang yang mencurigakan, supaya bisa lapor ke perangkat desa.

Diberitakan sebelumnya, Densus 88 Mabes Polri menangkap enam terduga teroris di Riau.

Beberapa terduga pelaku ditangkap di wilayah Desa Kuapan, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar.

Selain itu, petugas juga melakukan penangkapan di Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak.

Menurut informasi yang dirangkum Kompas.com, penangkapan terduga teroris dilakukan sejak, Sabtu (8/11/2019) lalu.

Di Desa Kuapan, sekitar empat orang diduga pelaku ditangkap.

Kadindin (50), salah seorang warga, mengaku melihat penangkapan seorang pria terduga teroris. Dia mengenal pria yang ditangkap petugas tersebut, berinisial WN.

"Saya lihat langsung penangkapannya di warung. Saya kenal sama yang ditangkap itu," kata Kadindin saat ditemui Kompas.com, Selasa (12/11/2019).

Pria yang tinggal di bantaran Sungai Kampar, ini mengaku merinding saat melihat petugas bersenjata lengkap menangkap terduga teroris.

Pada saat penangkapan, kata dia, semua warga yang ada di lokasi diminta menjauh. Selang 15 menit kemudian, petugas mengamankan terduga pelaku.

Baca juga: Densus 88 Amankan 3 Terduga Teroris di Banten, 1 di Jawa Tengah

Dia menuturkan,  terduga pelaku WN sudah cukup lama tinggal di Desa Kuapan. Namun, kesehariannya dia terkenal tertutup dan jarang berinteraksi dengan warga sekitar.

"Yang dua itu dulu dibawa sama WN ke kampung ini. Udah lama juga di sini. Tapi enggak mau bergaul sama kita," tutur Kadindin.

Sementara itu, petugas menggeledah sebuah rumah kayu yang berada di pinggir jalan di Desa Kuapan, yang dijadikan tempat tinggal oleh sejumlah pelaku.

Di tempat lain, petugas menemukan gubuk yang diduga tempat latihan para terduga teroris.

Gubuk itu berada di dalam kebun karet, yang berjarak sekitar 5 kilometer dari permukiman warga.

Di gubuk tersebut, juga ditemukan lubang tempat persembunyian, seperti persiapan untuk perang.

 Dari penangkapan terduga teroris ini, tim Densus menyita sejumlah barang barang bukti yakni busur dan anak panah, besi yang diruncing, pipa yang diduga dirakit jadi bom, parang, ketapel, buku tentang jihad, gunting, serta sarung tangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com