Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upacara Piodalan di Bantul yang "Dibubarkan" Warga, Pemangku: Ini Acara Intern Keluarga

Kompas.com - 14/11/2019, 16:56 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Selasa (12/11/2019), Paguyuban Padma Buwana menggelar upacara Piodalan di rumah Utiek Suprapti di Dusun Mangir Lor, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul.

Upacara dimulai sekitar pukul 14.00 WIB.

Ada dua ritus yang rencananya dilakukan. Ritus yang pertama dipimpin Pendeta Buddha Kasogatan Romo Wira. Sementara ritus kedua secara Hindu akan dipimpin Resi Begawan Manuaba.

Kasogatan adalah Buddha Jawa, sedangkan yang di Candi Borobudur adalah Buddha Thailand atau Buddha Tibet.

Baca juga: Upacara Piodalan di Bantul Dibubarkan Warga, Ini Duduk Perkaranya

Ada sekitar 40 orang yang datang di acara tersebut. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Mereka yang datang ke acara Piodalan adalah lintas agama karena dalam acara tersebut ada acara peringatan Ki Ageng Mangir.

"Ini itu acara intern, keluarga," jelas Utiek Suprapti, Pemangku Paguyuban Buwana dan pemilik rumah.

Baca juga: Lomba Paduan Suara Katolik di Papua, Panitia Berasal dari Lima Unsur Agama

 

"Dibubarkan" warga

IlustrasiKOMPAS/DIDIE SW Ilustrasi
Saat upacara Piodalan berlangsung, sekitar pukul 15.00 WIB ada beberapa warga yang berdiri di jalan. Mereka kemudian meminta orang-orang yang akan datang ke acara tersebut untuk pergi.

"Cuma empat, enam orang, terus polisi makin banyak yang datang. Mereka (beberapa warga) mulai teriak-teriak, ada orang yang datang diusir, tidak masuk ke sini, hanya di jalan, di perempatan," ungkap Setiaji, salah satu saksi mata yang ada di lokasi.

Bahkan saat Resi Begawan Manuba datang, beberapa oknum warga meminta Resi untuk kembali.

Lalu Setiaji meminta kepada Kapolsek setempat untuk mengamankan Resi Begawan Manuaba ke rumah Utiek.

Baca juga: Maulid Nabi Muhammad dan Toleransi

"Tidak ada perusakan, hanya disuruh pulang," katanya lagi.

Akhirnya hanya satu ritus yang digelar, sedangkan ritus kedua secara Hindu tidak dilaksanakan.

"Warga teriak-teriak, terus polisi menyampaikan ke kita. Terus meminta agar dihentikan daripada semakin tidak kondusif, biar aman, tidak ada kerusuhan," ucapnya.

Setiaji bercerita, warga meminta acara tersebut dihentikan karena dianggap tidak ada izin serta melakukan kegiatan keagamaan di rumah.

Baca juga: Bupati Trenggalek Berharap Santri Menjadi Pelopor Toleransi dan Perdamaian

"Sebenarnya acaranya itu, kalau orang Jawa itu seperti memperingati 1.000 hari atau 1.000 tahun, kan enggak apa-apa. Ya istilahnya peringatan haul," tuturnya.

Sehari sebelumnya, tepatnya Senin (11/11/2019) sekitar pukul 22.00 WIB, Utiek Suprapti diminta datang ke Polsek Pajangan untuk memberikan penjelasan mengenai kegiatan di rumahnya.

Saat itu Utiek didampinhi oleh Setiaji.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Wijaya Kusuma | Editor: Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com