Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pengungsi Gempa Maluku, Sengsara di Tenda, Dipungut Rp 100.000 untuk Nikmati Penerangan

Kompas.com - 13/11/2019, 16:38 WIB
Rahmat Rahman Patty,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Kocek dikeluarkan karena para pengungsi tak tahan hidup dalam gelap.

Salah satu pengungsi, Ahmad mengatakan, ada petugas PLN yang mematok sejumlah uang dari setiap pengungsi yang ingin mendapatkan penerangan.

Uang itu digunakan untuk memasang jaringan ke lokasi pengungsian.

Meski dirasa berat, Ahmad tetap membayar karena penerangan menjadi kebutuhan mendesak.

Selama ini para pengungsi selalu menggunakan lampu charger dan juga ada yang menggunakan lampu berbahan minyak.

Sebagian ada yang menggunakan mesin gengset.

Kondisi itu dirasa sangat berat sehingga mereka berharap agar ada penerangan listrik dari PLN.

“Jadi tidak apa-apa biar kita bayar yang penting kita bisa dapat penerangan listrik daripada setiap hari beli minyak,” kata dia.

Kepala Desa (Raja) Waai, Zeth Bakarbessy mengatakan, ribuan warganya di lokasi pengungsian saat ini sangat membutuhkan penerangan listrik.

Untuk kepentingan tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak PLN. Namun, sampai saat ini belum ada titik terang.

“Apalagi ini sudah mau menjelang Hari Natal, kita berharap ada listrik masuk ke lokasi pengungsian,” kata dia.

Dia menyebut, ada jaringan listrik yang sudah terpasang ke lokasi pengungsian di desanya sebelum  terjadi gempa.

Hanya saja jaringan listrik tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk seluruh tenda di lokasi pengungsian.

“Hanya bisa untuk 30 tenda saja, jadi kita berharap agar semuanya bisa mendapatkan penerangan,” ujar Zeth.

Terkait kebijakan mematok sejumlah uang dari pengungsi, Manager Komunikasi PLN Wilayah Maluku-Maluku Utara, Ramli Malawat membantah bahwa pihaknya mengeluarkan kebijakan tersebut.

“Tidak benar itu, kalau pun itu ada mungkin itu oknum ya. Nanti silakan dilaporkan dan kita akan tindak lanjuti,” ujar Ramli.

Khusus untuk pengungsi di Desa Waai, Ramli mengataka, pemerintah desa telah menyampaikan hal itu kepada pihak PLN.

Namun, yang menjadi kendala adalah jaringan listrik tidak melewati jalur pengungsian di desa tersebut.

Saat ini ada jaringan listrik yang dipasang untuk pelanggan khusus di wilayah itu. Namun, hal itu tidak bisa memenuhi kebutuhan pasokan listrik untuk seluruh pengungsi di wilayah tersebut.

Pihaknya pun berencana dalam jangka panjang akan memasang jaringan listrik hingga ke lokasi pengungsian.

"Untuk jangka pendek ini kami berharap pemerintah bisa membantu penerangan bagi para pengungsi dengan gengset ya. Karena untuk memasang jaringan ke sana itu butuh waktu dan juga infrastruktur, jadi butuh 27 tiang listrik karena jaraknya jauh ya,” ungkap Ramli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com