SAMARINDA, KOMPAS.com - Setiap pagi pukul 05.00 Wita, Bertha Bua'dera harus bangun menyiapkan sarapan keluarganya.
Setelah beres, wanita paruh baya ini harus siap-siap menuju SD Filial 004 Samarinda Utara, tempat dia mengajar.
Wanita berusia 56 tahun ini harus berjalan kaki dari rumahnya di tengah hutan menuju Kampung Berambai yang berjarak dua kilometer.
Kampung kecil itu di bagian timur Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Bersisian dengan Desa Bangun Rejo (L3), Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara (Kukar).
Tak jarang dia menemukan ular saat melintasi jalan setapak menyusuri hutan.
Baca juga: Nasib SD Filial di Samarinda, Berdiri Dikepung Tambang Batu Bara
Rutinitas itu dijalani Bertha selama 10 tahun sejak 2009. Saat jadi guru honor pertama kali, Bertha menerima gaji Rp 150.000.
Setiap berganti tahun, gaji Bertha naik Rp 100.000. Hingga kini, ia memperoleh gaji Rp 800.000 setiap bulannya.
Bertha hidup bersama suami dan seorang putra. Uang Rp 800.000 yang ia terima setiap bulan tak mencukupi kebutuhan hidup keluarga.
Bertha dan suami mencukupi kebutuhan hidup dengan bertani.
"Biasa pulang sekolah saya jualan pisang, ubi, dan sayur-sayuran di pasar malam," kata Bertha kepada Kompas.com saat menyambangi sekolah tempat dia mengajar, Selasa (12/11/2019).
Bertha kadang mengeluhkan penghasilannya kepada kepala sekolah SD 004, tetapi diminta bersabar.
Nasib serupa juga dialami teman seprofesinya, Herpina.
Wanita berusia 24 tahun ini mengajar di sekolah yang sama tahun 2015. Masuk pertama, digaji Rp 400.000. Kini jalan lima tahun mengajar, gajinya naik Rp 700.000.
Herpina tinggal di Desa Bangun Rejo berjarak 8 kilometer ke sekolah. Beda dari Bertha, setiap pagi Herpina menggunakan sepeda motor. Dia juga masih mahasiswa, jadi energik.
Setiap hari pukul 07.00, keduanya sudah harus sampai di sekolah untuk mengajar 17 murid.