Tak hanya di depan di sekolah, di belakang gedung sekolah pun ada aktivitas tambang batu bara. Hanya, lokasinya agak jauh dari sekolah.
Baca juga: Lubang Bekas Tambang Telan 35 Korban Jiwa, Warga Desak Jokowi hingga Ada di Calon Ibu Kota Baru
Bertha dan Herpina tak ingin menanggapi lebih jauh soal aktivitas tambang batu bara.
Tak hanya alam sekitar sekolah di garuk alat berat, kondisi sekolah pun mulai retak. Belum jelas penyebabnya. Tapi dugaan kuat tanah bergerak.
Pondasi belakang sekolah retak. Lantai ruang kelas beralaskan ubin retak terkelupas dari dudukannya.
"Tanah di situ turun. Turapnya sudah tidak kuat," Bertha menduga.
Baca juga: Rawan Longsor, Tambang Batu Bara Ilegal di Muara Enim Ditutup
Di sekolah ini keduanya mengajar 17 murid. Satu murid duduk di kelas I. Tiga murid duduk di kelas II, III, IV dan V. Sedang kelas VI ada empat murid.
Sekolah ini hanya satu gedung dibagi tiga ruang sekat triplek. Satu ruang guru, dua ruang sisanya untuk belajar mengajar.
Satu ruang di isi tiga kelas sekaligus, Kelas I, II dan III. Satu ruang lagi diisi kelas IV, V dan VI.
Tugas Bertha mengajar kelas I, II dan III dalam satu ruang untuk semua mata pelajaran.
Sedang, Herpina mengajar kelas IV, V dan VI. Tugas ini dijalani hingga bertahun-tahun.
"Kami berdua mengajar semua mata pelajaran, kecuali agama dan Bahasa Inggris. Tidak ada gurunya," tambah Bertha.
Baca juga: Kisah Guru Honor di Flores, 7 Tahun Mengabdi dan Digaji Rp 75.000 Per Bulan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.