Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Bangkai Babi, Pengunjung Danau Siombak Susut, Baru Turun dari Mobil Langsung Muntah

Kompas.com - 12/11/2019, 21:36 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Ratusan bangkai babi yang mengapung di Danau Siombak dan Sungai Bedera, Kecamatan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan berdampak pada menurunnya kunjungan ke taman wisata bahari Danau Siombak.

Meskipun demikian, pihak pengelola ikut berjibaku menghalau bangkai babi itu mendekat ke lokasi wisata.

Hj. Mustika Guna Hasibuan selaku pengelola Taman Danau Siombak mengatakan, di lokasi ini, setiap minggunya ada minimal 1.100 - 1.500 orang pengunjung per minggu.

Sejak adanya bangkai babi, menurun menjadi 800 orang. Bahkan, beberapa waktu lalu ada yang membatalkan untuk menyewa tempat karena bau bangkain yang menyengat. 

"Ada bangkai babi memang benar. Kemarin itu ada yang baru turun dari mobil langsung muntah-muntah. Itu masalah kita. Tapi sekarang sudah mendingan lah. Ada yang booking tapi membatalkannya, ada 10 lah yang cancel dan pindah ke sekolah," katanya kepada wartawan, Selasa sore (12/11/2019).

Baca juga: Warga Enggan Makan Ikan, Takut Kena Virus Demam Babi Afrika dari Bangkai Babi

Upaya mandiri

Dijelaskannya, bangkai babi ini sudah muncul di sekitar Danau Siombak sejak tiga minggu yang lalu.

Dari awalnya hanya satu dua hingga sekarang semakin banyak. Dia sudah meminta anggotanya untuk menghalaunya ke tengah danau dan sudah ratusan yang disingkirkannya menggunakan alat seadanya.

Tidak sedikit uang yang harus dikeluarkannya. Sejak tiga minggu yang lalu, dia harus mengeluarkan sebanyak Rp 200 ribu untuk minyak speedboat yang digunakan untuk menyingkirkan bangkai babi yang mendekat ke lokasi wisata.

Selain itu, dia juga menambah bambu yang membentengi  daerah wisata dari sampah dan bangkai bambu untuk menciptakan kenyamanan pengunjung. 

"(soalnya) ini sudah sangat berdampak, pada menurunnya pengunjung. Baunya menyengat karena sudah hari ke berapa sehingga busuk," katanya.

Baca juga: Polisi Bikin Tim Gabungan Selidiki Kasus Buang Bangkai Babi ke Sungai 

Gubernur hingga Wali Kota diminta lebih serius

Hj. Mustika Guna Hasibuan mengatakan bahwa sejak munculnya bangkai babi di sekitar lokasi wisata Danau Siombak berdampak pada menurunnya jumlah pengunjung. Dari biasanya mencapai 1.500 orang/minggu, kini hanya 800 orang.KOMPAS.COM/DEWANTORO Hj. Mustika Guna Hasibuan mengatakan bahwa sejak munculnya bangkai babi di sekitar lokasi wisata Danau Siombak berdampak pada menurunnya jumlah pengunjung. Dari biasanya mencapai 1.500 orang/minggu, kini hanya 800 orang.
Dia berharap agar Gubernur Sumatera Utara dan Wali Kota Medan untuk lebih serius memerhatikan bangkai babi ini karena menurutnya masih banyak yang kurang dalam hal evakuasi.

"Karena yang sampai saat ini yang mengevakuasi masih kami sendiri, secara individu, sudah tiga minggu ini," katanya.

Dia juga berharap pemerintah dapat mengapresiasi anggotanya yang bernama Hamdan dan rekan-rekannya karena sudah bersedia dari pagi hingga sore mengevakuasi bangkai babi.

"Sudah ratusan bangkai babi lah sampai akhirnya dikuburkan di pulau depan itu. Hanya dia sendiri lah yang masih berani, yang lainnya sudah mabok," katanya sambil menunjuk ke punau nipah di seberang.

Baca juga: Ratusan Bangkai Babi yang Mengapung di Danau Siombak Dikubur

Bangkai babi tidak ada habisnya

Udin, yang baru keluar dari danau setelah sejak pagi mengikat bambu di lokasi wisata Danau Siombak itu mengatakan, bangkai babi itu seperti tidak ada habisnya.

Dia sudah menemukan bangkai babi yang masih bersih maupun yang sudah membusuk dan tinggal tulang belulangnya. Aromanya busuk. 

Menurutnya, pemasangan bambu itu cukup efektif untuk menghindarkan sampah dan juga bangkai babi mendekat ke lokasi wisata.

"Ini cukup efektif untuk mengahalau bangkai babi mendekat ke sini lah. Bangkai babi ini, ada yang kecil ada yang besar. Ada juga yang di dalam goni. Tapi bangkai ini terus berdatangan, apalagi setelah pasang. Datang lagi dia," katanya.

Baca juga: Bangkai Babi Mengapung di Danau, Nelayan Gatal-gatal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com