Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Orangutan Junai yang Buta Tertembus Peluru, Melanjutkan Hidup di Gunung Tarak

Kompas.com - 12/11/2019, 21:21 WIB
Hendra Cipta,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KETAPANG, KOMPAS.com - Junai, orangutan liar jantan dewasa berusia lebih dari 20 tahun, akhirnya dinyatakan mampu untuk kembali dilepaskan di hutan, setelah sebelumnya diselamatkan di Desa Tanjungpura, Kecamatan Muara Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, 20 September 2019 silam.

Saat diselamatkan Junai dalam kondisi memprihatinkan. Tubuhnya kurus dan mata kiri buta yang setelah diperiksa oleh tim medis, ternyata ditemukan dua butir peluru di dalam tengkorak tepat di belakang bola matanya.

"Sungguh suatu mukjizat ia bisa bertahan hidup dengan kondisi tersebut," kata Argitoe Ranting, Manager Survey, Release, dan Monitoring IAR Indonesia, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (12/11/2019).

Setelah sebulan menjalani masa pemulihan di IAR Indonesia yang memiliki fasilitas perawatan bagi satwa liar terutama orangutan, Junai dinilai siap untuk kembali hidup di habitat alaminya.

Baca juga: Orangutan Korban Karhutla: Hindari Api, Pilih Dekati Pemukiman Warga untuk Cari Makan

Menurut Argitoe, kedua peluru di belakang mata kirinya diputuskan tak diambil dengan pertimbangan bahwa operasi yang akan dilakukan sangat berisiko mengancam keselamatannya.

Gunung Tarak yang berada tidak jauh dari kawasan Taman Nasional Gunung Palung pun akhirnya dipilih sebagai lokasi pelepasliarannya.

Di kawasan hutan lindung gunung ini, IAR Indonesia bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah Ketapang Selatan, dan Balai Taman Nasional Gunung Palung melepaskan Junai, Senin (11/11/2019).

Baca juga: Taman Nasional Gunung Palung Jadi Rumah Baru Bagi 3 Orangutan Korban Karhutla

Kejadian tragis orangutan

Kepala Balai Taman Nasional, M Ari Wibawanto mengatakan, kejadian yang dialami Junai, hanya kejadian yang kebetulan dapat ditemui atau di permukaan saja, sebab masih banyak kejadian-kejadian tragis yang dialami oleh orangutan lainnya.

"Hal itu menyadarkan kita bahwa sampai saat ini masih ada sebagian dari masyrakat yang masih belum mampu atau mau untuk hidup berdampingan dangan orangutan, dan mungkin belum mau bersahabat dengan alam," kata Ari.

Tugas penyadartauan terkait satwa dan habitatnya tidak hanya tugas pemerintah tetapi tugas seluruh masyrakat untuk bersama sama.menjaga alam dan segala isinya.

"Mari bersahabat dengan alam," ajaknya.

Baca juga: Viral, Foto Orangutan Tapanuli Terluka Saat Nyasar di Ladang Buah Warga

Tempuh waktu 12 jam

Kegiatan pelepasan ini menempuh waktu sekitar 12 jam menggunakan kendaraan mobil dan menempuh perjalanan kaki menuju titik pelepasan.

Pelepasliaran di Gunung Tarak ini merupakan kali pertama sejak terakhir kali melepasliarkan orangutan bersama BKSDA Kalbar dan KPH Ketapang Selatan pada 2017.

"Total sudah 15 orangutan dilepaskan di kawasan ini sejak tahun 2014," lanjutnya.

Untuk memastikan kondisi Junai terus selamat dan mampu melanjutkan hidupnya, IAR Indonesia menempatkan tim patroli dan monitoring yang telah berada di sana sebagai bagian dari prosedur yang ditetapkan IAR Indonesia dalam program pelepasliaran orangutan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com