Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Enggan Makan Ikan, Takut Kena Virus Demam Babi Afrika dari Bangkai Babi

Kompas.com - 12/11/2019, 20:11 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Ratusan bangkai babi yang mengapung dan membusuk di Danau Siombak dan Sungai Bedera mulai menimbulkan ketakutan warga.

Pasalnya, warga di Kecamatan Medan Marelan enggan mengkonsumsi ikan laut.

Mereka khawatir ikan-ikan tersebut terkontaminasi bakteri atau virus dari bangkai babi. 

Santi, seorang warga mengatakan, untuk sementara ini dia tidak lagi membeli ikan laut di pasar. 

Dia beralasan, penyenabnya adalah banyaknya bangkai babi yang dibuang di Danau Siombak, Sungai Bedera, yang akhirnya menuju ke laut.

Baca juga: Polisi Bikin Tim Gabungan Selidiki Kasus Buang Bangkai Babi ke Sungai

Bangkai babi bervirus terlanjur ke laut

 

Menurutnya, meskipun ada ratusan bangkai babi yang sudah dikubur, namun menurutnya sudah banyak pula bangkai babi yang terlanjur sampai ke laut.

"Sekarang pilih telur lah. Kalau tidak ya daging sapi atau ayam. Untuk sementara ikan laut, tidak dulu lah," ungkapnya. 

Di Jalan Platina VII, Kecamatan Medan Deli, Nuriani memilih mengganti konsumsi ikan laut menjadi ikan kolam seperti ikan lele, gurame atau nila.

Ketika ditanya pendapatnya tentang banyaknya bangkai babi, menurutnya membuang bangkai babi ke sungai adalah perbuatan yang sangat tidak terpuji. 

Informasi yang beredar, bangkai babi tidak hanya ditemukan di Sungai Bedera dan Danau Siombak, Kecamatan Medan Marelan.

Baca juga: Ratusan Bangkai Babi yang Mengapung di Danau Siombak Dikubur

Wabah kolera babi 

 

Beberapa waktu lalu, bangkai babi juga banyak ditemukan di Sungai Bedagai, Serdang Bedagai.

Warga di sana juga mengeluhkannya karena mengganggu aktivitas masyarakat. 

Hingga saat ini, pemerintah tengah berupaya mengevakuasi bangkai babi dari sejumlah aliran sungai di Medan, termasuk di Danau Siombak.

Bangkai-bangkai babi itu diduga dibuang oleh warga dari hulu sungai.

Babi-babi ini merupakan korban dari merebaknya wabah kolera babi di 11 kabupaten di Sumatera Utara.

Catatan terakhir pada Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, sedikitnya 5.800 babi di Sumut mati gara-gara virus ini.

Baca juga: Sebanyak 5.800 Ekor Babi Mati di Sumut, Distribusi Ternak Diperketat

Bisa dikonsumsi, tidak menular ke manusia

Kepala Balai Veteriner Medan, Agustia beberapa waktu lalu mengatakan bahwa bangkai babi yang mati positif diakibatkan oleh virus hog cholera atau kolera babi. 

Selain itu, juga ada indikasi terjangkit African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika.

Kedua virus itu, kata dia, bukan virus zoonosis, artinya, virus tersebut tidak menular kepada manusia. 

Ternak babi yang terjangkit virus tersebut, kata dia, masih bisa dikonsumsi asalkan diolah dengan cara yang benar dan dimasak dengan suhu 100 derajat celcius.

"Masih bisa dikonsumsi, tapi caranya harus benar. Karena virus itu hanya menular pada babi. Tidak menular ke manusia," katanya.

Baca juga: Selain Hog Cholera, Babi yang Mati di Sumut Terindikasi Terserang Virus Demam Babi Afrika

Pemkot Medan sendiri mengimbau warga untuk tidak menggunakan air danau untuk aneka kegiatan sementara waktu ini. 

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Medan dr Muthia Nimphar.  

"Kami mengimbau untuk tidak menggunakan air danau ini dulu. Kalau ada yang sakit, segera ke puskesmas. Intinya tetap lakukan hidup bersih," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com