PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Sistem transplantasi karang dan fish shelter mulai diterapkan untuk kawasan bekas penambangan timah di laut atau lepas pantai di Kepulauan Bangka Belitung.
Upaya ini bagian dari reklamasi berkelanjutan agar ekosistem bisa tumbuh dan mendatangkan manfaat ekonomi berkelanjutan.
Tim Reklamasi Laut dari Universitas Bangka Belitung, Indra Ambalika mengatakan, metode transplantasi karang dan fish shelter dilaksanakan di Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah dan Bangka Selatan.
Khusus di Kabupaten Bangka Selatan hanya program fish shelter sementara di kabupaten lainnya lengkap untuk fish shelter dan transplantasi karang.
Baca juga: Kapolsek Bersimpuh di Hadapan Massa untuk Selamatkan Pekerja yang Dipukuli Saat Demo Tambang
"Beberapa kawasan yang diletakkan fish shelter telah menjadi daerah lokasi pemancingan dan tangkapan nelayan," kata Indra kepada Kompas.com, di Pangkal Pinang, Selasa (12/11/2019).
Dia menuturkan, reklamasi laut yang didukung BUMN PT Timah juga melibatkan masyarakat nelayan di sepuluh titik kawasan reklamasi yakni Pulau Pemain, Pantai Gunung Namak, Perairan Matras, Karang Kering Rebo, Karang Melantut, Pulau Putri, Pulau Panjang, Karang Aji, Karang Tanjung Ular, dan Tanjung Melala.
Indikator berhasilnya, dilihat nilai indek keanekaragaman jenis ikan andalan (H’) 1,412-3.232 dari standar nilai yang diharapkan H’ > 1,5.
“fish shelter cukup berhasil kecuali di Perairan Pulau Pemain Permis Kabupaten Bangka Selatan yang masih banyak terdapat aktivitas penambangan timah di laut oleh masyarakat (TI Apung) dan memiliki kondisi perairan yang lebih keruh. Nilai H’ tertinggi terdapat di Perairan Karang Melantut Rebo Sungailiat dengan jumlah spesies ikan yang ditemukan sebanyak 54 spesies,” katanya.
Baca juga: Biaya Reklamasi Tambang di Kalbar Hanya Rp 400.000 Per Tahun
Sementara untuk transplantasi karang, belum semuanya berhasil lantaran karang memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap penurunan kualitas perairan. Kondisi perairan yang masih terpengaruh dampak penambangan di laut belum maksimal untuk pertumbuhan karang apalagi kondisi arus dan gelombang yang berubah.
“Karang yang ditransplantasikan ada yang tumbuh dengan baik, namun banyak pula yang mati tertutup sedimen lumpur halus dan hilang/lepas akibat terkena arus. Bahkan modul transplantasi karang di perairan Tanjung Melala Kecamatan Parit Tiga Kabupaten Bangka Barat banyak yang rusak akibat hempasan gelombang yang kuat saat musim barat,” katanya.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan