Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov Jabar Baru Buat DED Jalur Khusus Tambang di Parung Panjang

Kompas.com - 12/11/2019, 14:12 WIB
Dendi Ramdhani,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum menunjukan itikad serius dalam menangani polemik jalur tambang di Parung Panjang, Bogor, yang telah banyak menelan korban.

Pada 4 Oktober 2018 lalu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengumpulkan para pengusaha tambang untuk ikut serta mencari solusi atas persoalan tersebut.

Salah satu gagasan yang muncul yakni dibuatnya tol khusus angkutan tambang. Namun, sudah setahun lebih rencana itu jalan di tempat.

Baca juga: Polemik Jalur Tambang Parung Panjang, DPRD Jabar Minta Aktivitas Tambang Ditutup

Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat, Koswara mengatakan, saat ini pihaknya baru memproses Detail Engineering Design (DED).

"Kami sedang proses DED-nya," kata Koswara, lewat pesan singkat, Kamis (12/11/2019).

Menurut Koswara, hasil DED itu akan jadi patokan untuk pembebasan lahan dan proses konstruksi. Hasil DED baru diprediksi selesai akhir tahun ini.

"Jadi, saat ini lagi finalisasi DED, trasenya, jalannya masih ada perubahan dari Kabupaten Bogor, sehingga kami buat alternatif selain yang ditentukan Pak Gubernur," ungkap dia.

Adapun pola pembiayaannya, Koswara menyebut kemungkinan pembangunan jalur khusus tambang akan melibatkan para pengusaha tambang.

Baca juga: Siswa Sering Kecelakaan, Ini 6 Tuntutan Sekolah yang Berada di Jalur Tambang Parung Panjang

"Pola pembiayaan mungkin sharing. Dari provinsi sekarang sudah dibuatkan DED dan tahun depan ada persiapan konstruksi, kajian amdal dan lain-lain. Dari kabupaten harusnya dengan adanya DED bisa bantu pembebasan lahan. Biaya konstruksi belum final," tutur dia.

Sambil menunggu proses pembuatan jalur khusus tambang, pihaknya akan segera memperbaiki Jalan Parung Panjang yang kondisinya kian memprihatinkan dan membahayakan pengguna jalan.

"Jalan eksisting tetap diperbaiki di beton, untuk jalan penambangan dipisah," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com