INDRALAYA, KOMPAS.com - Fasseta, ibu dari Muhammad Akbar, mahasiswa Universitas Taman Siswa (Unitas) Palembang yang tewas saat mengikuti diksar Menwa di Desa Tanjung Baru, Ogan Ilir Sumatera Selatan, hadir saat reka adegan yang digelar, Senin (11/11/2019).
Fasseta ingin melihat langsung apa yang sesungguhnya dilakukan para senior, hingga membuat anaknya tewas.
Namun, pasca-menyaksikan reka adegan, Fasseta tak mampu menahan tangis. Ia menilai apa yang dilakukan para pelaku sangat sadis.
Ia berharap agar Menwa, organisasi yang diikuti anaknya dibubarkan dan pelaku dihukum mati.
“Dari rekontruksi yang menyebabkan anak saya meninggal dari awal hingga akhir, apa yang dilakukan oleh Menwa itu bukan mendidik seperti yang dikatakan pada saya. Saya melihat (kepala) anak saya dimasukkan ke dalam ember, diinjak, dan ditendang. Oleh karena itu harapan kami minta hukum seadil adilnya dan tutup menwa,” ujar Fasseta, Senin.
Fasseta mengatakan, dari reka adegan itu ia melihat masih ada orang lain yang harus jadi tersangka.
“Tidak, (tersangka) masih kurang, masih ada tersangka lain termasuk perempuan yang tadi terlihat melakukan pemukulan terhadap anak saya. Saya lihat tadi,” kata dia sambil menangis
Sementara pengacara para tersangka, Edi Kurniawan yang turut hadir mengaku melihat adanya sejumlah kejanggalan dalam reka adegan.
Menurutnya, dari gelagat korban yang kejang-kejang dan mengeluarkan air liur, mengarahkan suatu penyakit yang diderita oleh korban, bukan karena kekerasan.