Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkai Babi Mengapung di Danau, Nelayan Gatal-gatal

Kompas.com - 11/11/2019, 14:51 WIB
Dewantoro,
Khairina

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Banyaknya bangkai babi yang mengapung di Sungai Bederah dan Danau Siombak tidak hanya menimbulkan keresahan karena baunya yang menyengat.

Seorang nelayan mengaku merasakan gatal-gatal yang tidak seperti biasanya.

Juliadi (38), seorang nelayan kupang, sejenis kerang kecil, mengatakannya saat diwawancarai di pinggir Danau Siombak, Kecamatan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Senin siang (11/11/2019).

Baca juga: Buang Bangkai Babi ke Sungai Terancam 10 Tahun Penjara

Menurut Adi, panggilan akrabnya, rasa gatal di sekujur tubuhnya dirasakan setelah keluar air.

Menurutnya, rasa gatal yang terasa sejak sekitar dua minggu yang lalu itu berbeda dari biasanya. Tidak mudah hilang setelah digaruk.

"Harus pakai pasir nggaruknya, baru agak mendingan," katanya.

Dikatakan Adi, akibat gatal itu, badannya bentol-bentol dan baru sembuh setelah minum obat yang dibelinya dari bidan sebesar Rp 30 ribu.

Selain dirinya, anaknya juga merasakan gatal-gatal karena sering membantunya mencari Kupang sepulang sekolah.

Dijelaskannya, aktivitasnya mencari kupang di pinggir hutan mangrove dan mengharuskannya masuk ke dalam air. Aktivitas itu dilakukannya sejak 12 tahun yang lalu. Danau Siombak ini, menurutnya memang banyak sampah dan semakin membuat gatal.

"Tapi saya merasakannya lain. Gatalnya ini lain, lebih susah hilang. Saya kan tahu, mana gatal biasanya dan sekarang itu gimana setelah ada banyak bangkai babi," katanya.

Agustin, seorang warga lainnya mengatakan, air danau ini digunakan oleh warga untuk mencuci. Sejak banyaknya bangkai babi yang mengapung, dia tidak lagi menggunakannya. Dia khawatir karena airnya sudah tercemar.

"Biasanya kami pakai untuk mencuci, tapi karena sudah ada bangkai, tak lagi lah. Gatal-gatal dibuatnya," katanya.

Baca juga: Di Sungai Bedagai Sumut, Setiap Menit Bangkai Babi Melintas

Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Medan, dr Muthia Nimphar mengatakan, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk sementara tidak menggunakan air danau.

"Untuk sementara itu, tentu mengantisipasi dampak akibat ini, masyarakat diimbau tak menggunakan air danau ini dan lakukan hidup bersih. Kalau ada gejala (sakit akibat pencemaran) segera dibawa ke Puskesmas," katanya.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Azhar Harahap, serangan hog cholera telah menyebabkan kematian sebanyak 4.682 ekor babi di 11 kabupaten di Sumut.

Kepala Balai Veteriner Medan Agustia menyebut kematian ribuan babi disebabkan oleh hog cholera atau kolera babi dan terindikasi africa swine fever atau demam babi Afrika. Kedua virus itu hanya menyerang pada babi, tidak menular ke manusia (zoonosis).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com