Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Perjalanan Bongkahan Tanah Makam Tan Malaka, dari Kediri ke Sumatera

Kompas.com - 10/11/2019, 12:13 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Senin (27/2/2017), bongkahan tanah dari makam Ibrahim Datuk Tan Malaka tiba di Sumatera Barat dari Desa Selopanggung, Kediri, Jawa Timur

Tan Malaka adalah tokoh yang sejak awal mencita-citakan Indonesia merdeka dari kolonial Belanda.

Selain pernah diasingkan dan menjadi legenda aktivis politik bawah tanah selama bertahun-tahun, pria kelahiran 1897 ini juga menulis beberapa buku terkenal.

Buku yang berjudul Madilog adalah salah satu karyanya.

Tan Malaka meninggal dunia pada 21 Februari 1949 - jauh sebelum peristiwa politik 1965.

Baca juga: Hari Pahlawan, Mengenal Rasuna Said Sang Singa Betina dan Martha Christina Tiahahu Berperang di Usia 17 Tahun

Disebutkan Tan Malaka dieksekusi tembak dengan kondisi terikat dan duduk di Kediri, Jawa Timur. Ia memperjuangkan Persatuan Perjuangan dengan orang-orang dan kelompok yang seide dengannya.

Hari itu, bongkahan tanah dari makam Tan Malam di Kediri ditempatkan dalam sebuah peti yang dilapisi bendera Merah Putih.

Dilansir dari BBC Indonesia, peti tersebut diarak beramai-ramai menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat.

Arak-arakan berawal dari kawasan Halaban Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Limapuluh Kota.

Rombongan menuju kampung kelahiran Tan Malaka, Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota yang berjarak sekitar 50 kilometer.

Baca juga: Presiden Jokowi Pimpin Upacara Peringatan Hari Pahlawan

Bongkahan makam Tan Malaka disandingkan dengan makam ibunya sebelum dibawa ke rumah masa kecilnya. Iwan Rakelta Bongkahan makam Tan Malaka disandingkan dengan makam ibunya sebelum dibawa ke rumah masa kecilnya.
Peti mati berisi bongkahan tanah tersebut kemudian disemayankan di rumah Tan Malaka lalu disandingkan dengan makam, sang ibu yang terletak 10 meter di depan Masjid Djamik Pandam Gadang.

Warga kemudian saalt gaib dan zikir bersama untuk Tan Malaka.

Dilansir dari pemberitaan BBC Indonesia pada 27 Februari 2019, Wakil Bupati Limapuluh Kota, Ferizal Ridwan menjawab alasan pemindahan bongkahan tanah dari makam Ibrahim Datuk Tan Malaka di Kediri.

"Pemindahan jasad, kerangka, atau tulang, ataupun tanah, itu menurut Syariat Islam adalah sama, karena di dalam agama Islam, galian sebuah mayat, jasad, tidak boleh dilakukan dua kali," kata Ferizal.

Baca juga: Hari Pahlawan dan Ajakan jadi Pahlawan Masa Kini

Ia menjelaskan bahwa makam Tan Malaka sudah digali tiga. Menurut agama dan petunjuk orang tua, tanah makam sudah menjadi pengganti proses pemindahan makan Tan Malaka.

Kala itu, Wali Nagari Pandam Gadang, Khairul Apit juga mengatakan setelah disemayamkan di Rumah Gadang Tan Malaka, bongkahan tanah Tan Malaka akan dibawa ke Gedung DPRD Limapuluh Kota pada 11 April 2017 seusai paripurna ulang tahun Kabupaten Limapuluh Kota.

"Ada agenda tahunan Kabupaten Limapuluh Kota. Nanti diarak lagi dan baru dimakamkan pada 13 April 2017 sesuai prosesi adat seorang raja," jelas Khairul Apit.

Baca juga: Sejak 1958, 10 November Ditetapkan sebagai Hari Pahlawan

 

Makam Tan Malaka di Selopanggung

Penyerahan bongkaran tanah makam Tan Malaka secara simbolis dari Wakil Bupati kepada Wali Nagari. Iwan Rakelta Penyerahan bongkaran tanah makam Tan Malaka secara simbolis dari Wakil Bupati kepada Wali Nagari.
Dilansir dari pemberitaan Kompas.com 21 Februari 2017, Ferizal Ridwan, Wakil Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, mengungkapkan, pada tahun 2009 pihak keluarga telah melakukan tes DNA terhadap tulang yang ada di makam itu.

"Dari 14 item sampel tulang yang diperiksa, 9 di antaranya cocok," ujar Ferizal saat mengikuti pemindahan simbolis makam Ibrahim Datuk Tan Malaka di Kediri, Jawa Timur, Selasa (21/2/2017).

Pencarian panjang keberadaan Ibrahim Datuk Tan Malaka selama 63 tahun oleh keluarganya menemukan titik terang setelah seorang peneliti sejarah asal Belanda, Herry Poeze, menemukan lokasi makam Tan Malaka pada tahun 2007 silam.

Baca juga: Hari Pahlawan, Kisah Hotel Majapahit Surabaya yang Legendaris

Pada 2009 lalu, tim forensik yang didukung keluarga Tan Malaka selesai menggali kuburan yang diduga berisi jenazah Tan Malaka di pemakaman umum di Desa Selopanggung, Kabupaten Kediri.

Selain itu Ferizial juga menjelaskan bahwa pihak keluarga juga melakukan penelusuran berdasarkan petunjuk tetua dan tokoh agama.

"Masalah keraguan tentang siapa pemilik jasad, kami tidak ada ragu lagi. Sepeserpen, baik dunia maupun akherat," tegasnya.

Wali Nagari Pandam Gadang Khairul Apit saat proses pemindahan makam Tan Malak pada tahun 2017 lalu mengatakan pemindahan makan Tan Malaka sangat penting untuk meluruskan sejarah tentang Tan Malaka yang selama ini 'dikaburkan'.

Baca juga: Kahar Muzakkir Jadi Pahlawan Nasional, Muhammadiyah Berterima Kasih ke Pemerintah

"Ada beberapa pihak yang sengaja memplesetkan perjuangan-perjuangan Tan Malaka, dan mengaitkan beliau dengan golongan kiri atau komunis. Tan Malaka itu tidak seperti yang dibayangkan orang," kata Apit dilansir dari pemberitaan BBC Indonesia pada 14 Januari 2017.

Apit mengatakan saat meninggalkan kampung, Tan Malaka memiliki pemahaman agama yang kuat.

"Selain itu, Tan Malaka punya kecerdasan, keberanian. Salah satu silat bela diri Minang itu juga dikuasainya. Percaya diri itu yang membuat beliau bisa kemana-mana secara leluasa," sambung Khairul Apit

Baca juga: Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Bagaimana Prosedurnya?

 

"Makam" Tan Malaka di Sumatera Barat

Pahlawan nasional Indonesia, Tan Malaka, lahir di Nagari Pandam Gadang, Sumatera Barat. Iwan Rakelta Pahlawan nasional Indonesia, Tan Malaka, lahir di Nagari Pandam Gadang, Sumatera Barat.
14 April 2017. 'Makam' pahlawan nasional Indonesia, Tan Malaka, diresmikan di Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat diresmikan.

Yang ditempatkan di makam tersebut adalah bongkahan tanah yang diambil dari makam asli Tan Malak di Kediri, Jawa Timur.

"Kita orang Minang menyatakan bahwa makam Tan Malaka adalah di Pandam Gadang ... insya Allah Tan Malaka sudah bersama kita," kata Wakil Bupati Limapuluh Kota, Ferizal Ridwan dilansir dari pemberitaan BBC Indonesia pada 14 April 2017.

Baca juga: Ini yang Membuat Keluarga Yakin Makam Tan Malaka di Selopanggung

Peresmian makam adalah bagian dari prosesi khaul adat Tan Malaka.

Makam Tan Malaka berada di antara makan ayahnya H M Rasad Bagindo Malano dan makam ibunya Rangkayo Sinah.

Makam mereka berjarak 10 meter dari rumah kelahiran Tan Malaka di Nagari Pandam Gadang.

Lima meter dari makam tersebut, diletakkan patung Tan Malaka yang terbuat dari perunggu.

Tan Malaka sendiri merupakan seorang raja di kampung halaman, Rajo Adat Keselarasan Bungo Satangkai Suliki Luak 50. Tan Maalak juga telah menyumbangkan tanah dan telah membangun masjid yang jaraknya tak jauh dari rumahnya.

Baca juga: Tan Malaka Institute Tuntut Hak Dasar Status Pahlawan Tan Malaka

Para aktifis dan Tan Malaka Institute saat ziarah ke makam Tan Malaka di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, (9/11/2017).KOMPAS.com/M.Agus Fauzul Hakim Para aktifis dan Tan Malaka Institute saat ziarah ke makam Tan Malaka di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur, (9/11/2017).
Dilansir dari pemberitaan Kompas.com 10 November 2017, Khotibul Umam Wiranu, Direktur Eksekutif Malaka Institute mendesak pemerintah segera memberikan hak dasar atas melekatnya status pahlawan nasional kepada Tan Malaka.

Hak-hak dasar itu, kata Umam, di antaranya berupa pemugaran makam pemilik nama asli Sutan Ibrahim bergelar Datuk Tan Malaka yang ada di Selopanggung kawasan Lereng Gunung Wilis.

Itu dilakukan agar bisa lebih merepresentasikan sebagai makam pahlawan nasional.

Baca juga: Misteri Teks Proklamasi Autentik dan Testamen yang Diterima Tan Malaka

Hak yang tidak kalah pentingnya juga menurut Khotibul adalah hak masuknya sejarah Tan Malaka dalam materi ajar pada kurikulum pendidikan nasional.

Berbeda dengan para pahlawan nasional lainnya, selama ini materi tentang Tan Malaka tidak bisa ditemui dalam kurikulum nasional. Padahal Tan Malaka dianggap sebagai peletak dasar republik.

"Justru materi bacaan itu dari sumber lain," imbuhnya.

SUMBER: KOMPAS.com (M Agus Fauzul Hakim), BBC Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com