KOMPAS.com - Riahta Tarigan, seorang perempuan berusia 66 tahun, duduk termenung lesu, menanti pelanggan untuk singgah ke lapak daging babi miliknya di pinggir Jalan Jamin Ginting Medan, Sumatera Utara.
Daging babi yang digantungnya, maupun yang telah dipotong-potongnya, tak jua disentuh oleh para pembeli.
Ibu dari dua anak ini mengatakan sepinya penjualan daging babi akhir-akhir ini adalah dampak dari pemberitaan matinya ribuan ternak babi di berbagai daerah di Sumatera Utara.
Baca juga: Di Sungai Bedagai Sumut, Setiap Menit Bangkai Babi Melintas
"Sudah takut orang makan daging babi setelah mengetahui berita itu, jualan kami jadi sepi," kata Riahta.
Riahta menerangkan biasanya dalam satu hari, ia bisa menjual dua ekor babi, yang beratnya kira-kira 200 kilogram. Namun sekarang, Riahta mengaku, untuk menghabiskan 50 kg daging babi dalam sehari saja sangat sulit.
Paling banyak, ujarnya, ia hanya menjual sekitar 20 kg daging babi sehari, itu pun dengan harga yang lebih murah daripada biasanya.
Baca juga: Selain Hog Cholera, Babi yang Mati di Sumut Terindikasi Terserang Virus ASF
Dahniar mengaku selama ini keuntungan yang bisa diperolehnya bisa mencapai Rp 6 juta per hari, namun kini pendapatannya menurun drastis.
"Sekarang dapat Rp 200.000 per hari saja sudah syukur, itu pun sulit," katanya.
Desman Hutagaol, 38, salah seorang warga Medan penggemar daging babi, mengaku takut mengkonsumsi daging babi karena khawatir tertular penyakit.
"Tentu takut, tapi saya tetap makan daging babi sedikit saja, tidak seperti rutin biasa," kata Desman.
Baca juga: Gubernur Sumut Akan Keluarkan Pergub Cegah Orang Buang Babi ke Sungai
Hingga awal pekan ini, jumlah babi yang mati mencapai 4.682 ekor di 11 kabupaten/kota di Sumatera Utara, yakni di Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Samosir.
Ratusan bangkai babi pun mengambang di sepanjang aliran sungai Bederah, Kecamatan Medan Marelan. Di Kabupaten Dairi, bangkai babi juga mencemari aliran sungai desa Karing, Kecamatan Berampu.
Warga mengeluhkan bau busuk yang bersumber dari bangkai babi tersebut. Padahal aliran sungai itu biasanya digunakan warga untuk mencuci, mandi bahkan minum air.
Baca juga: Menelisik Fakta Ratusan Babi Mati di Medan, Hoaks Serang Manusia hingga Peternak Rugi Ratusan Juta
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.