"Pertama, problem dengan cinta romantis; kedua, kelahiran si sulung; dan ketiga, tekanan hidup sehari-hari," tulisnya. (Baca selengkapnya)
2. Apakah Hijrah Harus Selalu Berarti Menikah?
Gara-gara viralnya kisah "Layangan Putus", akhirnya Kompasianer Syarifah Lestari teringat satu peristiwa --mesti tidak secara eksplisit mirip-- tentang hijrahnya seseorang karena sebuah pernikahan.
"Semua yang dibahas hanya yang serbaindah. Seolah nikah itu ajang senang-senang tanpa masalah," tulisnya.
Padahal, lanjut Kompasianer Syarifah Lestari, dinamika pernikahan bisa mereka pelajari dari orang tua, orang terdekat yang mungkin dianggap tak berilmu, tapi jelas berpengalaman.
Keilmuan tentang pernikahan menjadi penting. Menurutnya, menikah karena terhasut oleh foto-foto pra-wedding dan kutipan-kutipan yang bersandingan dengan itu. (Baca selengkapnya)
3. Kenikmatan Seks Itu (Bukan) Tabu
Sejak hukum qanun di Aceh dijalan sejak 2005, baru kali ini seorang laki-laki anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) berinisial M kedapatan berduaan dengan seorang perempuan berinisial N yang bukan muhrimnya di dalam mobil.
M dan N ditangkap Satpol PP dan Wilayatul Hisbah (pengawas pelaksanaan syariat Islam Aceh). Keduanya dijatuhi hukuman cambuk. M dicambuk sebanyak 28 kali, sementara N 23 kali.
Dari peristiwa tersebut, Kompasianer Rizka Khaerunnisa mencoba melakukan pendekatan filosofis tentang tubuh dan relasi kuasa yang terjadi pada setiap manusia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.