Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER DI KOMPASIANA] Viralnya "Layangan Putus" dan Kompleksnya Pernikahan | Merasa Rugi Ikut BPJS | Penumpang Kereta yang Berisik

Kompas.com - 09/11/2019, 11:12 WIB
Harry Rhamdhani,
Amir Sodikin

Tim Redaksi

KOMPASIANA - Kata kunci "layangan putus" bertahan cukup lama di Twitter. Cerita tersebut, sederhananya, mengisahkan tentang kondisi pasangan suami istri yang terpaksa berpisah karena adanya orang ketiga.

Sebenarnya itu sesuatu yang biasa saja: cerai karena kehadiran orang ketiga. Sudah ada sejak lama.

Pembahasan mengenai Layangan Putus tersebut kemudian membuat warganet bertanya-tanya siapa sebenarnya orang di balik cerita itu.

Namun, setelah lama viral, ada yang kemudian kita lupa pertanyakan: apakah kisah "layangan putus" tersebut benar?

Karena kisah "layangan putus" itu, kemudian banyak cerita-cerita dari Kompasianer yang juga ikut mengomentari dan/atau memberi sudut pandang lain tentang hubungan dalam pernikahan.

Selain cerita tentang orang ketiga dalam pernikahan, pada pekan ini Kompasiana juga diramaikan dengan analisis atas naiknya iuran BPJS Kesehatan hingga pola-tingkah penumpang kereta.

Berikut 5 artikel terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:

1. Apa yang Salah dengan Cinta Pasca-menikah?

Tanpa pengetahuan yang cukup mengenai pernikahan, tulis Kompasianer Annisa Khairiyyah, pasangan sering terjebak dalam loveless marriage (pernikahan tanpa cinta) atau cinta yang kosong.

Seperti ada yang berbeda dari hubungan ketika pacaran dengan saat sudah menikah. Ada ketakutan akan bosan hingga membuat perhatian terhadap pasangan menjadi dingin.
""
Setidaknya ada 3 hal yang menyebabkan cinta perlahan padam, mengutip dari buku "The Great Marriage" yang ditulis Deny Hen yang disarikan oleh Kompasianer Annisa Khairiyyah.

"Pertama, problem dengan cinta romantis; kedua, kelahiran si sulung; dan ketiga, tekanan hidup sehari-hari," tulisnya. (Baca selengkapnya)

2. Apakah Hijrah Harus Selalu Berarti Menikah?

Gara-gara viralnya kisah "Layangan Putus", akhirnya Kompasianer Syarifah Lestari teringat satu peristiwa --mesti tidak secara eksplisit mirip-- tentang hijrahnya seseorang karena sebuah pernikahan.

"Semua yang dibahas hanya yang serbaindah. Seolah nikah itu ajang senang-senang tanpa masalah," tulisnya.

Padahal, lanjut Kompasianer Syarifah Lestari, dinamika pernikahan bisa mereka pelajari dari orang tua, orang terdekat yang mungkin dianggap tak berilmu, tapi jelas berpengalaman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com