Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nata Sutisna Meminta Bantuan Tiket Pesawat Viral, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 09/11/2019, 08:53 WIB
Farida Farhan,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Nata Sutisna (18) pemuda asal Desa Selaawi, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, kaget mengetahui kisahnya mencari bantuan untuk berangkat menimba ilmu ke Tunisia viral di media sosial.

Pemuda yang mendapatkan beasiswa dari Perguruan Tinggi Tunisia Institut Superieur De Le Civilisation Islamique de Turnis dikabarkan ditolak oleh Pemkab Purwakarta, Disdik Purwakarta serta Pemprov Jabar.

Kisah Nata meminta bantuan biaya tiket pesawat ke Tunisia salah satunya diunggah akun instagram Media Referensi.

"Kaget banget. Se-Indonesia, bahkan sampai Tunisia juga ada yang tahu soal ini," ujar Nata, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (8/11/2019).

Baca juga: Mempertahankan Cita Rasa Bolu Kijing dari Karawang

Nata memang mendapat beasiswa di perguruan tinggi tersebut, namun untuk biasa hidup dan keberangkatan ditanggung sendiri.

Beasiswa itu hanya bersifat subsidi pendidikan. Sementara kedua orangtuanya sehari-hari bekerja sebagai penjual nasi kuning.

Karena bingung tak punya biaya untuk berangkat pada 14 November 2019 mendatang, Nata mencari bantuan ke beberapa pihak.

Ia mendatangi Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta dan Dinas Pendidikan (Disdik) Purwakarta.

"Saat itu tidak bertemu dengan Bupati (Purwakarta) karena sedang ada agenda di luar. Juga dengan Kadisdik (Purwakarta) enggak ketemu," kata dia.

Tak putus asa, ia pun mendatangi Pemprov Jabar bagian pendidikan dan Dinas Pendidilan Pemprov Jabar. Jawabannya sama tak ada anggaran.

"Karena mepet saya langsung ingin bertemu, tidak ada kata menolak, karena memang saya tidak bertemu," ujar dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Purwakarta – Nata Sutisna adalah calon Mahasiwa berprestasi asal Indonesia yang mendapatkan beasiswa full dari Perguruan Tinggi Tunisia Institut Superieur de le Civilisation Islamique de Tunis jurusan Fikih dan Ushul Fikih. Dia adalah calon mahasiswa yang diumumkan oleh KBRI Tunisia pada tanggal 22 Oktober 2019 lewat akun Instagram resmi KBRI Tunisia. Diketahui Nata adalah seorang anak tidak mampu asal Desa selaawi, Kampung Parapatan, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat. Bapak dan Ibunya hanya penjual Nasi kampung. Mereka tidak mengenyam bangku sekolah, namun memiliki cita cita tinggi untuk anak sekolah di luar negeri. Penelurusan juga dilakukan oleh tim jurnalis bahwa Nata baru berusia 18 tahun. Ia lulusan Pesantren Sukahideung, Tasikmalaya dan sekarang Pesantren di Pondok Pesantren Al-Kautsar Cipaku Cianjur. Pasangan dari anak Bapak Adang dan Ibu Ai Salimah ini, ia juga seorang penghafal Al-Qur’an. Ia sudah hafiz Qur’an sekitar kurang lebih 10 Juz Al Qur’an. Namun, kisah cerita ini, tidak sejalan dengan perjuangannya, Ia ditolak bertemu dengan Bupati Purwakarta, dijanjikan oleh sekpri Bupati namun janji itu pun tak kunjung datang, bahkan oleh Dinas Pendidikan Purwakarta, perjuangan dia pun ditolak oleh para pejabat pendidikan Purwakarta. Dengan alasan tidak ada biaya. Nata, diketahui bahwa dia hanya mengajukan biaya tiket berangkat pesawat dari Jakarta ke Tunisia. Namun, perjuangan dia kandas oleh penolakan dari Pemda Purwakarta dengan alasan tidak ada anggarannya. Beberapa hari kemudian, dia bertolak ke Bandung ke Pemprov Jawa Barat bagian pendidikan bahwa menurut mereka tidak ada program untuk pemberian bantuan ini. Ia pun menlanjutkan perjalanan untuk bertemu dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat. Nata pun menyampaikan bahwa program beasiswa di Pemprov Jaawa Barat sudah tutup sejak agustus dan adapun beasiswa ke luar negeri itu di jaman Pak Ahmad Heryawan dan tidak diteruskan oleh Pak Ridwan Kamil. Kisah pilu Nata Sutisna ini adalah sekelumit dari kasus jutaan anak Indonesia yang berprestasi yang hanya mimpi dan cita citanya di halang oleh segerintil orang yang dengan birokrasi dan " Lanjutan di komen ya "

A post shared by ????Media Referensi ???? (@mediareferensi) on Nov 6, 2019 at 6:12am PST

Meski demikian, Nata mengaku mendapat hikmah dari kejadian tersebut. Terlepas dari apapun, ia tetap bertekat menimba ilmu di Tunisia.

Sebab, sejak dulu ia bercita-cita ingin bersekolah di Timur Tengah.

"Di sana sana peradaban Islam-nya sangat kental. Jadi selain belajar di kelas, saya bisa mempelajari yang lain," kata dia.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Purwanto mengaku kagum dengan tekad kuat Nata.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com