Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wayanggaga, Wayang dari Rumput dengan Misi Mulia untuk Kaum Milenial

Kompas.com - 08/11/2019, 12:33 WIB
Riska Farasonalia,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Di salah satu kampung di Kota Semarang, Jawa Tengah, ada sebuah kelompok wayang tradisional yang terbentuk sekitar tiga tahun silam.

Kelompok wayang ini cukup mencuri perhatian di desanya yang berada di Kampung Umbulsari, Kelurahan Mijen, Semarang.

Wayanggaga namanya.

Sejak terbentuk pada 2016, kelompok wayang yang satu ini mampu membuat gerakan yang cukup besar di kalangan anak-anak di kampungnya.

Meski usianya terbilang muda, Wayanggaga memiliki misi mulia, yakni mengajak anak-anak untuk sadar akan kelestarian budaya, alam dan lingkungan.

Dengan mengusung tema Ramban Kanggo Masa Depan, beberapa pertunjukkan ditampilkan dengan mendongengkan kisah yang menyentuh isu lingkungan.

Baca juga: Mempertahankan Cita Rasa Bolu Kijing dari Karawang

Salah satu pendiri Wayanggaga, Pambuko Septiardi menjelaskan, ramban dalam bahasa Jawa berarti mencari rumput.

Dalam proses pembuatannya, wayang yang digunakan di setiap pertunjukkan memang berasal dari rumput.

"Kami mengumpulkan ramban atau rumput untuk kemudian dibuat wayang. Kami juga mengajarkan kepada anak-anak cara pembuatannya. Dengan harapan, ada kepedulian yang terbangun sejak dini," ujar Pambuko di Semarang, Kamis (7/11/2019).

Pambuko menuturkan, dia dan kawan-kawannya terinspirasi saat melihat kondisi sosial seperti sekarang, di mana manusia kerap kali bergantung pada perangkat digital.

Menurut Pambuko, sudah menjadi hal biasa bagi siapa pun untuk tidak terlepas dari gawai atau perangkat elektronik pribadi.

"Era teknologi membuat semuanya tampak mudah, cepat, dan instan. Kebutuhan instan ini menjangkau hampir semua umur, kebanyakan anak muda atau istilahnya generasi milenial," ujar Pambuko.

Berawal dari pemikiran itu, Pambuko bersama kedua temannya Andy Pratomo dan Teguh Arif Ramadhani membentuk kelompok Wayanggaga.

Tujuannya tak lain untuk menumbuhkan kesadaran anak-anak akan pentingnya melestarikan budaya tradisional, sekaligus kelestarian alam.

"Di kampung, kami memulai kegiatan lokakarya bersama anak-anak. Meski tidak terlalu sering, tapi kami mencoba menerapkan kesadaran itu melalui karakter-karakter wayang," kata Pambuko.

Selanjutnya, anak-anak diberi kesempatan untuk membuat pertunjukan sederhana dengan cerita yang dibuat bersama-sama, mulai dari karakter hingga alur cerita.

"Melalui pertunjukan wayang, kami mencoba menawarkan konsep permainan anak-anak secara tradisional. Seolah-olah kita membayangkan ketika bermain di masa kecil," tutur dia.

Baca juga: Disandera, Petani Bilang ke Perampok: Mungkin Salah Orang...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com