Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diperkirakan Ada 70 Perahu Zaman Kolonial Belanda di Dasar Bengawan Solo

Kompas.com - 07/11/2019, 17:19 WIB
Hamzah Arfah,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

LAMONGAN, KOMPAS.com - Tiga perahu peninggalan zaman kolonial Belanda ditemukan di dasar Bengawan Solo, yang ada di Desa Mertani, Kecamatan Karanggeneng, Lamongan, Jawa Timur.

Namun Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur sempat mendapat informasi, bila masih ada banyak perahu serupa yang belum ditemukan di Bengawan Solo.

Menurut Kepala BPCB Jawa Timur, Andi Muhammad Said, dirinya sempat mendapat informasi dari warga bila masih banyak perahu serupa ada di Bengawan Solo, kendati hingga saat ini Said belum berani memastikan kabar kebenarannya.

"Ketika kami melakukan ekskavasi, ada warga yang sempat bilang pernah melihat perahu-perahu ini ada sebanyak 70 (unit) di Bengawan Solo," ujar Said, Kamis (7/11/2019).

Baca juga: Butuh Belasan Orang untuk Angkat 1 Perahu Peninggalan Zaman Belanda di Bengawan Solo

"Tapi yang kita temukan baru tiga unit, jadi bisa saja benar, bisa juga tidak. Informasi itu tidak lebih sebagai bahan masukan buat kami," lanjutnya.

Said pun lantas mengatakan, penemuan warga akan ketiga perahu bekas peninggalan zaman kolonial Belanda di Desa Mertani, juga atas sebuah kebetulan lantaran debit air Bengawan Solo yang menurun drastis pada tahun ini.

"Kenapa juga baru sekarang ditemukan, itu juga karena kebetulan debit air Bengawan Solo tahun ini menyusut drastis dibanding sebelum-sebelumnya," kata dia.

Atas penemuan warga tersebut, tim dari BPCB Jawa Timur lantas terjun ke lokasi untuk melakukan peninjauan, sekaligus mengecek kebenaran sesuai dengan fakta di lapangan.

Baca juga: Perahu di Dasar Bengawan Solo Diduga Kendaraan Perang, Ini Spesifikasinya

 

Dengan tim kemudian menyatakan, bila temuan tersebut memang benar adanya yang kemudian dilaporkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). 

Kemudian ditindaklanjuti dengan proses ekskavasi dan pengangkatan perahu dari dasar Bengawan Solo.

"Jadi ini bukan ponton atau rakit penyeberangan, tapi memang alat angkut militer. Untuk mengangkut tentara dan kendaraan tempur waktu itu, terlebih kita tahu seberapa strategis lokasi Bengawan Solo," tutur dia.

Said menjelaskan, perahu semacam ini biasa digunakan dengan disambung menyesuaikan kebutuhan, dengan bahan perahu terbuat dari baja.

Baca juga: 1 Perahu Zaman Kolonial Belanda Berhasil Diangkat dari Sungai Bengawan Solo

Meski BPCB belum berani memastikan, kapan perahu-perahu tersebut dibuat.

"Perkiraan pada Perang Dunia (PD) I, bila ditilik dari koin yang ditemukan di sekitar lokasi penemuan perahu. Setelah ini kita akan melihat referensi dan literasi yang mendukung, sehingga bisa diketahui tipe tahun pembuatan," pungkasnya.

Sebelum berhasil mengangkat satu perahu pada Rabu (6/11/2019) kemarin, tim dari BPCB Jawa Timur sempat menemukan satu peluru dan empat uang koin.

Salah satunya bertuliskan Hindia Belanda tahun 1909.

Baca juga: Perahu dengan Bekas Tembakan, Sejarah Kolonial yang Terkubur di Dasar Sungai Bengawan Solo

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com