Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Karir Risa Santoso, Rektor Termuda di Indonesia, dari Lulusan Harvard hingga Staf Kepresidenan

Kompas.com - 07/11/2019, 17:18 WIB
Andi Hartik,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com – Risa Santoso  tidak pernah berpikir akan menjadi seorang rektor di Institut Teknologi dan Bisnis ASIA Malang. Apalagi menjadi rektor di usianya yang kini masih 27 tahun.

Umur yang terbilang masih muda menjadikan Risa sebagai rektor termuda di Indonesia.

Risa menyelesaikan pendidikan sarjana di University of California dan master education di Harvard University,

Ia pulang ke Indonesia untuk memberikan manfaat melalui pendidikan yang didapatkannya.

Karir Risa dimulai dengan menjadi Tenaga Ahli Muda di Kantor Staf Presiden (KSP) pada tahun 2015.

Risa berada di bawah Deputi 3 yang membidangi isu strategis tentang ekonomi.

Tidak lama berada di internal pemerintahan, Risa memilih hengkang dan bergabung di Institut Teknologi dan Bisnis ASIA Malang pada tahun 2017.

Bukan tanpa alasan, Risa memilih masuk ke kampus agar bisa menyalurkan idenya tentang dunia pendidikan.

“Kalau di KSP itu lebih pada garis besarnya, lebih pada kebijakan, lebih banyak memberikan rekomendasi. Alasan besar saya kenapa saya mau kembali ke Malang di ASIA ini adalah supaya bisa langsung terjun ke lapangan dan hasilnya langsung. Kalau di pemerintahan, memberikan rekomendasi dan itu perlu proses (realisasinya),” kata Risa saat diwawancarai di ruang kerjanya, Kamis (7/11/2019).

Baca juga: Cerita di Balik Rektor Berusia 27 Tahun, Risa Santoso, Pernah Jadi Staf Kepresidenan

Kehadiran Risa di Kampus ASIA cukup membawa pengaruh terhadap perubahan di kampus tersebut.

Menjadi Ketua Lembaga Penjaminan Mutu, Risa menginisiasi program yang bersentuhan langsung pada kemajuan institut.

Di antaranya adalah menginisiasi Asia Entrepreneurship Training Program (AETP), program akselerasi kerjasama Swiss dan Indonesia.

Program ini ditujukan untuk membantu pengembangan dan internasionalisasi startup muda Indonesia hingga mendapatkan pendanaan internasional.

Risa juga menjadi inisiator Asia Hackaton dan program magang luar negeri bagi mahasiswa Institut ASIA Malang.

“Saya sebenarnya di ASIA sendiri, yang ingin saya terapkan itu adalah pembelajaran di luar kelas. Jadi tidak hanya belajar di ruang kelas tapi juga mempunyai kesempatan untuk belajar di luar. Apakah itu intensif di luar negeri, atau kah itu belajar dari inkubator bisnis yang di kampus ini atau pergi ke lapangan dan kerjasama dengan industri,” kata dia.

Atas inisiatifnya itu, Risa lalu mendapat tawaran untuk menjadi rektor.

Ada dua orang lainnya yang bersaing untuk menempati kursi tertinggi di kampus tersebut.

Setelah menjalani sejumlah proses, Risa terpilih dan dilantik menjadi rektor di Institut Teknologi dan Bisnis ASIA Malang pada Sabtu (2/11/2019) lalu.

Risa mengambil kesempatan itu untuk memberikan kontribusi positif melalui wawasan yang dimilikinya.

“Kalau cita-cita saya tidak pernah berpikir jadi rektor. Jadi mungkin, saya jadi rektor ini karena ada kesempatan terus saya ambil. Cita-cita saya ingin menciptakan sesuatu yang berdampak saja. Apakah itu bentuknya jadi rektor, atau yang lain, tapi mungkin ini jalannya,” ujar dia.

Selain menjadi rektor termuda, Risa juga menjadi rektor pertama di Institut Teknologi dan Bisnis ASIA Malang.

Sebab, institut itu baru terbentuk dan merupakan gabungan dari dua sekolah tinggi yang sudah berkembang sebelumnya, yakni Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) ASIA Malang dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) ASIA Malang.

Baca juga: [POPULER NUSANTARA] Bayi Berkulit Mirip Plastik | Sosok Risa Santoso, Rektor Berusia 27 Tahun

Dua sekolah tinggi yang berada di bawah Yayasan Wahana Edukasi Cendekia itu lantas digabung dan menjadi Institut Teknologi dan Bisnis ASIA Malang melalui SK Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) nomor 744/KPT/I/2019 pada 23 Agustus 2019.

“Rektor ASIA, saya memang rektor pertama, karena sebelumnya dua perguruan tinggi yang terpisah, jadi sebelumnya adanya dua ketua (sekolah tinggi),” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com