KARAWANG, KOMPAS.com - Meski zaman semakin maju, Yayat tetap mempertahankan membuat Bolu Kijing secara tradisional. Tak lain, tujuannya untuk menjaga cita rasanya.
Yayat adalah keturunan ketiga pembuat Bolu Kijing, setelah kakek dan bapaknya.
Ia sendiri tak tahu pasti kapan keluarganya mulai membuat bolu itu.
Generasi ibu dan bapaknya saja dimulai sejak 1980.
Bolu itu dulunya dinamai bolu kepal.
Namun, pada masa pemerintahan Bupati Karawang Sumarno Suradi, makanan legendaris itu dinamai Bolu Kijing.
Mengapa demikian? Ternyata lantaran bentuknya yang mirip kijing atau kerang hijau.
"Kami memilih menggunakan tradisional, karena jika dengan cara modern, rasanya tidak sama," kata Yayat saat ditemui Kompas.com saat di rumahnya di Dusun Krajan 1BRT 003 RW 002, Desa Kutagandok, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (7/11/2019).
Sudah puluhan tahun keluarga Yayat membuat bolu menggunakan cara itu.
Baca juga: Melihat Uniknya Gedung Sekolah Peninggalan Belanda di Karawang
Proses pembuatan mulai dari mengocok telur bebek dengan wadah dulang berbahan kayu.
Kemudian, memanggang dengan kompor minyak tanah dan paso, sejenis wadah dari bahan gerabah.
Setelah itu, menyeimbangkan panas pada bagian batas dengan arang yang diletakkan pada tutup panggangan.
"Tak bisa sembarangan, setiap proses berpengaruh terhadap rasa," ujar Yayat.
Bolu Kijing original dimasak selama 10 menit. Sementara, yang berisi selai nanas sekitar 12 menit.