Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Gedung Sekolah Peninggalan Belanda di Karawang yang Berusia 107 Tahun, Digotong Warga Saat Pindah Lokasi

Kompas.com - 07/11/2019, 06:06 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Gedung sekolah SDN 1 Pisangsambo 1, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang terlihat unik dam berbeda seperti gedung sekolah pada umumnya.

Dindingnya terbuat dari bilik bambu dan berlantai kayu jati.

Bangunan yang dirikan sejak tahun 1912 tersebut sudah tiga kali pindah lokasi.

Awalnya gedung yang digunakan untuk Sekolah Rakyat (SR) tersebut dibangun di sisi tanggul Sungai Citarum, tepatnya di Desa Tangkil, Desa Kutaampel.

Lalu gedung tersebut dipindah ke tengah dusun untuk menghindari banjir.

Baca juga: Melihat Uniknya Gedung Sekolah Peninggalan Belanda di Karawang

Tepat pada 28 Oktober 1928, gedung tersebut kembali dipindah ke Desa Pisangsambo yang saat itu masuk Kecamatan Batujaya.

Bangunan tersebut dipindah dengan cara digotong oleh warga bersama-sama.

"Gedung sekolah dipindah ke sini digotong oleh warga dengan gotong-royong," kata Jaja Arjas Idwar, guru di SDN Pisangsambo 1 kepada Kompas.com, Rabu (7/11/2019.

Menurut cerita orang tua, pada zaman dulu jumlah sekolah sangat sedikit. Bahkan ada siswa sekolah tersebut yang berasal dari Bekasi.

"Menurut cerita orang tua, dulu belum tentu satu desa ada sekolah. Bahkan, ada yang dari Bekasi menyeberang sekolah di sini," ujarnya.

Baca juga: Dua Sekolah di Jawa Timur Ambruk, Kemendikbud Minta Pemda Awasi Kondisi Bangunan

 

Hanya satu ruangan yang digunakan

Puluhan siswa tengah belajar dalam ruang gedung sekolah zaman Belanda di SDN Pisangsambo 1, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Rabu (7/11/2019).KOMPAS.COM/FARIDA Puluhan siswa tengah belajar dalam ruang gedung sekolah zaman Belanda di SDN Pisangsambo 1, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang, Rabu (7/11/2019).
Gedung sekolah yang berusia 107 tahun tersebut memiliki tiga ruangan. Namun selama ini hanya satu ruangan yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar siswa kelas IV.

Dua ruangan lainnya digunakan untuk mushala dan ruang penyimpanan.

"Karena ruang kelas cukup, jadi hanya digunakan kelas IV," kata Arjas.

Selain dinding dan lantai kayu, bangku dan bangku sisa zaman Belanda masih tersimpan baik.

Bahkan buku induk pada masa lalu masih ada. Hanya saja sebagian buku sudah dimakan rayap.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com