Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Keluarga Mat Suri Tinggal di Rumah Berdinding Terpal dan Sarung Bekas

Kompas.com - 07/11/2019, 05:47 WIB
Taufiqurrahman,
Khairina

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Sisa-sisa air hujan masih terlihat membasahi lantai rumah Mat Suri (64) yang masih terbuat dari tanah.

Kebetulan, hujan di Desa Tampojung Pregi, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, cukup deras.

Air hujan mudah masuk ke dalam rumah Mat Suri karena dindingnya terbuat dari terpal plastik bekas dan sarung bekas.

Mat Suri, bersama istrinya Sami (33) dan kedua anaknya Ahmad Ropiqi (10) dan Rohematul Aliyah (5), memilih tidak tidur di dalam rumahnya karena hempasan angin membawa air hujan masuk ke dalam rumah.

Baca juga: Dapat Pembebasan PBB Rumah Ayahnya, Putri Sulung Mohammad Hatta Ini Terharu

 

Mereka memilih tidur di surau kecil di depan rumahnya, karena dindingnya terbuat dari asbes dan aman dari air hujan.

Ketika Kompas.com berkunjung, Selasa (5/11/2019), Mat Suri sedang tidur terlelap di suraunya. Ia sudah tidak bekerja karena kondisinya sudah sakit-sakitan. Sehari-hari, Sami yang mencari nafkah untuk menyambung hidup keluarganya.

Tiga ekor sapi di samping rumah Mat Suri merupakan titipan tetangganya untuk dipelihara. Kelak ketika sapi itu dijual, Mat Suri akan mendapatkan keuntungan.

Sami menceritakan perjalanan hidupnya, yang sehari-hari tinggal di rumah berdinding terpal plastik bekas dan sarung bekas.

Selama 40 tahun lebih Sami membangun rumah tangga dengan Mat Suri. Sami dinikahi Mat Suri ketika masih berusia 11 tahun. Sami sekaligus menjadi istri kedua Mat Suri.

"Waktu saya dinikahi dulu, Mat Suri sudah ubanan. Saya masih duduk di kelas IV SD," kenang Sami saat ditemui di rumahnya.

Baca juga: Rumah 4 Lantai Dibanderol Rp 1,4 Miliar. Mau Tahu Lokasinya?

Setelah kawin, Mat Suri dan Sami tinggal di sebuah gubuk berukuran 4x3 meter di Dusun Ju'ah, Desa Tampojung Pregi.

Di gubuk itu, keluarga ini dianugerahi sepasang anak. Setahun yang lalu, rumah gubuk itu terpaksa dirobohkan. Sebab, dinding-dindingnya sudah lapuk dan dimakamkan rayap.

"Khawatir ambruk, sekalian saya robohkan gubuk itu karena usianya sudah tua dan membahayakan keluarga saya," ujar Mat Suri.

Setelah dirobohkan, Mat Suri tidak langsung membangun kembali rumahnya. Ia justru membangun surau kecil. Kayu dan dindingnya dibantu oleh tetangganya.

Bahkan, pembangunannya juga dibantu tetangganya. Mat Suri baru bisa membangun rumahnya, setelah sapi titipan tetangganya dijual dan mendapatkan keuntungan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com