Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Hog Cholera pada Babi, Peternak Merugi Ratusan Juta Rupiah

Kompas.com - 06/11/2019, 18:28 WIB
Hendri Setiawan,
Khairina

Tim Redaksi

KARO, KOMPAS.com- Dampak dari 300 ternak babi yang mati mendadak di seluruh wilayah Kabupaten Karo dan diduga akibat terkena  virus membuat para peternak babi mengalami kerugian signifikan.

Sebab, masyarakat takut untuk mengonsumsi daging babi sehingga permintaan akan daging babi pun mengalami penurunan yang drastis.

Seorang peternak babi, Perdamean Sitepu (45) warga Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang memiliki ternak babi sebanyak 5000 ekor mengaku mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah karena permintaan yang menurun hingga 30 sampai 40 persen.

Baca juga: Babi yang Mati di Sumut Dipastikan Bukan karena Virus Demam Babi Afrika

 

Menurut Perdamean, biasanya dia sanggup menjual 6-8 ekor babi per hari ke daerah Kabanjahe, Siantar, Dairi, dan Medan.

Namun, setelah adanya kematian mendadak ternak babi, yang diduga akibat virus demam ini, permintaan akan daging babi menurun hingga 50 persen menjadi 3-4 ekor per hari.

"Kita sudah rugi banyak Bang, biasanya kita jual sehari 8 ekor, tapi sekarang jadi 4 ekor paling banyak. Kali aja la bang, per ekor harga 3 juta. Kalau totalnya biasanya per bulan Rp 500 juta, kalau belakangan ini jadi Rp 200 juta per bulan," keluhnya.

Akibatnya, dia pun harus menambah dana ekstra untuk perawatan dan pemberian makanan.

"Kami harus nambah cost tambahan untuk makannya, biasanya kan per hari terjual berapa ekor, jadi sekarang karena enggak laku, kan jadi nambah biaya makan nya dan perawatannya bang," ujarnya.

Dia pun mengatakan, meski ternaknya tidak ada yang terjangkit virus, namun terimbas akan beredarnya berita hoaks yang menyatakan kalau virus ini dapat terjangkit kepada masyarakat.

"Kalau ternak kita sehat semua Bang, tidak ada sakit. Karena berita itu nya kita jadi terimbas. Masyarakat jadi takut untuk konsumsi babi. Padahal tidak ada pengaruhnya," Ungkapnya.

Untuk perawatan sendiri, dirinya mengaku kalau melakukan perawatan rutin setiap minggu, dan memberikan vaksin dan vitamin untuk kesehatan ternaknya.

"Kalau kita selalu rutin perawatan setiap minggunya. Di pakannya itu udah kita campur vitamin dan vaksinnya. Begitu juga kalau ke kandang harus steril, alas kaki juga dibuka. Makanya ternak kita sehat enggak ada yang terjangkit," ungkapnya.

Baca juga: Ratusan Bangkai Babi yang Mengapung di Sungai Bedera Medan Diduga Terserang Virus Kolera

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Karo Metehsa K Purba mengatakan, pihaknya sudah bekerja sama dengan Balai Veteriner Provinsi Sumut untuk mengecek langsung apa yang menjadi penyebab matinya hewan ternak tersebut.

"Kami kemarin sudah kerja sama dengan balai untuk cek langsung. Tapi sampai sekarang belum ada dapat kita hasilnya, udah seminggu lebih. Kenapa lama kali. Kami pun bingung juga menjelaskan sama peternak apa penyebabnya," Jelasnya.

Kadis juga menjelaskan apabila benar kematian 300 hewan ternak mati karena virus demam, atau hog cholera, tidak bakal berjangkit ke tubuh manusia, karena hog cholera tidak berimbas kepada manusia.

"Ya kita belum tahu pasti kematian 300 ternak babi ini, namun apabila ini hog cholera, tidak akan berdampak pada manusia,jadi aman untuk kita," Ucapnya.

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Karo mengimbau masyarakat untuk tidak terpengaruh dengan informasi bohong yang ada di luar dan memahami masalah yang ada di sekitar kita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com