Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berusia 100 Tahun dan Belum Pikun, Ini Rahasia Tetap Sehat Mak Iyah dari Cianjur

Kompas.com - 06/11/2019, 11:05 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com -  Rukiyah alias Mak Iyah, lansia asal Kabupaten Cianjur, Jawa Barat hidup sebatang kara di gubuk reyot di areal kebun sayur di di Kampung Pasir Baing, RT 005/003 Desa Sukatani, Kecamatan Pacet.

Mak Iyah mengaku usianya sudah 100 tahun. Namun ia lupa di mana menyimpan KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga),

“Umur emak mah sudah seratus tahun,” ucap Mak Iyah saat ditemui Kompas.com di gubuk reyotnya, Sabtu (02/11/2019).

Meski sudah berusia seabad, namun ia masih sanggup berjalan kendati pelan dan sesekali harus berhenti.

Baca juga: Kisah Pilu Mak Iyah, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot

 

Gigi-giginya masih tampak di antara kulit wajahnya yang sudah mengeriput.

Selain itu, Mak Iyah belum terlihat pikun. Ia masih mampu menjawab pertanyaan yang diajukan.

Kendati untuk berkomunikasi dengannya harus menaikkan volume suara ditambah isyarat tangan.

Pasalnya, sudah lama mak Iyah mengalami gangguan pendengaran. 

Baca juga: Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Mak Iyah Sering Digigit Serangga dan Pernah Dipatuk Ular

Rahasia Mak Iyah

Mak Iyah menceritakan sepanjang hidupnya selalu mengonsumsi sayuran mentah alias lalapan.

Ia mengaku belum pernah diterjang sakit yang terbilang parah.

“Paling batuk, panas sama meriang. Mak mah suka makan lalab (sayuran mentah) tiap hari. Kalau tidak ada makanan, mak makan itu saja,” ujarnya.

Sebelum tubuhnya ringkih seperti sekarang ini, ia pernah menjadi buruh perkebunan.

Namun karena usianya yang terus menua, Mak Iyah kini sudah tak sanggup lagi bekerja.

"Tos teu tiasa barang damel (sudah tidak bisa bekerja), kieu we di saung (diam saja di rumah)," ucapnya.

Baca juga: Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Begini Cara Mak Iyah Menyambung Hidup

Pengakuan Mak Iyah soal usianya yang sudah seabad itu dibenarkan kerabat dan tetangga setempat.

"Usianya sekitar 100 tahunan," tutur Erah (65) kerabat terdekat Mak Iyah kepada Kompas.com, Sabtu (02/11/2019).

"Soalnya memang Mak Iyah sudah sangat tua, sejak zaman ibu saya juga sudah ada. Mak Iyah orang asli sini,” lanjutnya. 

“Waktu ada pendataan juga disebutkan usianya segitu (100 tahun),” sahut warga yang lain. 

Baca juga: Kisah Sarimin Buka Warung Makan Dibayar Pakai Sampah Plastik

Hidup sebatang kara

Erah menceritakan, dulunya mak Iyah tinggal bersama suaminya, Uko.

Namun sang suami meninggal dunia karena sakit menahun.

“Sudah 30 tahun mak Iyah ditinggal suaminya. Kalau anaknya meninggal saat dilahirkan. Jadi, Mak Iyah ini tidak punya anak,” ucapnya.

Sebelum jari-jari tangannya yang sebelah kanan mati rasa akibat dipatuk ular, Mak Iyah pernah bekerja di kebun.

“Jari tangannya memang pernah digigit ular. Saya sendiri yang bawa ke dokternya untuk diobati," tutur Erah. 

Baca juga: Mari Bantu Nenek Sadinah, Hidup Sebatang Kara Terpaksa Jual 3 Sendok demi Makan

"Alhamdulilah bisa sembuh, tapi jari-jarinya jadi merengkel (bengkok) sehingga sudah tidak bisa digerakkan.” 

Selain itu, kondisi fisik yang terus menua membuat Mak Iyah tak mungkin lagi bekerja untuk mencari nafkah.

“Sejak tidak bekerja, untuk kebutuhan sehari-hari dibantu warga," lanjut Erah. 

"Ada yang ngasih beras, nasi, makanan, yang sedekah uang juga ada. Warga juga suka ada yang berkunjung ke sini (rumah Mak Iyah) untuk melihat kondisinya.” 

Baca juga: Rohani, Nenek Buta Sebatang Kara, Dapat Bantuan dari Dinas Sosial

Berharap mendapat bantuan

Sebelumnya diberitakan, seorang perempuan lansia di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat hidup memprihatinkan di gubuk reyot di Kampung Pasir Baing, RT 005/003 Desa Sukatani, Kecamatan Pacet.

Rukiyah atau biasa dipanggil Mak Iyah tinggal sebatang kara di rumah tak layak huni dengan kondisi hampir ambruk di areal kebun sayuran. 

Warga setempat, Aripin (50) berharap, pemerintah daerah maupun pemerintah desa mau mengulurkan bantuan atas kondisi kehidupan Mak Iyah.

Sepengetahuannya, belum ada bantuan dari program pemerintah, seperti PKH dan rastra. Untuk makan sehari-hari, mak Iyah dibantu tetangga dan warga sekitar.

Ia berharap pemerintah mau peduli kepada warga seperti Mak Iyah yang sangat membutuhkan perbaikan rumah agar bisa hidup dengan rasa aman dan nyaman.

Baca juga: Fakta di Balik Nenek Paulina Tinggal Sendiri di Gubuk Reyot hingga Dapat Uang Rp 10 Juta dari Presiden Jokowi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com