Hingga akhir September 2019, Bank Sampah Hade Jaya sudah memiliki nasabah lebih dari 150 orang yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga hingga santri.
“Tabungan dibuka setiap enam bulan sekali, tidak semuanya dijadikan uang, ada yang dicairkan dalam bentuk sembako,” jelas Hendi.
Selama enam bulan, saldo yang mereka miliki bisa mencapai Rp 500.000.
Selain memberikan keuntungan ekonomi, menurut Hendi, keberadaan bank sampah juga sedikit banyak mulai mengubah pola hidup masyarakat dalam membuang sampah.
Baca juga: Kisah Sukses Bank Sampah Hade Jaya, Berawal dari Banjir Bandang...
Siswa di SMP N 6 Purwodadi, Kabupaten Grobogan mengelola Bank Sampah Espena yang diresmikan pada Sabtu (30/3/2019).
Sebelum diresmikan, dalam kurun waktu uji coba selama 30 hari itu, siswa-siswi berhasil mengumpulkan total 10.000 botol plastik bekas yang berserakan di jalan.
Direktur Bank Sampah Espena, Pingkan Amelia (14) mengatakan bank sampah yang dikelola oleh para siswa akan digunakan untuk membantu siswa yang tidak mampu.
"Sementara hasil penjualan akan dimanfaatkan untuk tabungan para siswa. Uang hasil penjualan juga dipergunakan untuk membantu siswa tak mampu. Untuk membelikan seragam maupun peralatan sekolah lainnya seperti sepatu dan tas," ungkap Pingkan, siswi kelas 3 SMPN 6 Purwodadi itu.
Sementara itu Kepala Seksi Peserta Didik dan Pembangunan Karakter SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan, Suprihno mengatakan ada dua sekolah di Grobogan yang sudah memiliki bank sampah.
"Ini sangat bagus karena membantu pemerintah mengurangi jumlah sampah. Kami berharap ini jadi percontohan sekolah lain. Kami dukung program ini," kata Suprihno.
Baca juga: Melihat Suksesnya Bank Sampah di Purwodadi yang Dikelola Murid SMP
Setiap bulan pihak rumah sakit membayar kepada bank sampah hingga Rp 2 juta.
Di buku induk nasabah, nama sejumlah rumah sakit swasta dan pemerintah tercatat sebagai nasabah.
Nasabah lainnya di bank sampah Flamboyan adalah pasukan kuning dan petugas kebersihan lainnya.
Mereka setiap hari rutin menyetor sampah yang diambil dari tempat sampah di pinggir jalan.
Sampah-sampah tersebut mereka pilah dan ditabung di bank sampah.
Setiap hari, mereka mendapat penghasilan dari berbagai jenis sampah yang layak dijual.
Baca juga: Unik, Nasabah di Bank Sampah Ini Justru Harus Bayar Rp 2 Juta per Bulan
Sampah organik dari rumah dinas ditampung dalam sebuah tong plastik bekas yang telah dimodifikasi menjadi komposter. Tumpukan sampah kemudian disemprot dengan cairan probiotik.
Padatan sampah organik dalam komposter, kata Husein, dapat langsung dijadikan sebagai pupuk. Selain itu, cairan yang keluar dari komposter juga dapat dijadikan pupuk cair, namun harus diproses terlebih dahulu.
"Selama dua bulan terakhir saya tidak pernah buang sampah (organik). Mungkin ini cara terbaik yang bisa dilakukan masyarakat agar sampah rumah tangga tidak keluar rumah," ujar Husein.
Baca juga: Di Belakang Rumah Dinas, Bupati Ini Kelola Sampah Jadi Pupuk hingga Campuran Aspal
Belatung-belatung ini berasal dari dari lalat black soldier fly atau lalat tentara hitam (hermetia illucens).
Pemanfaatan belatung ini sangat efektif menekan jumlah produksi sampah rumah tangga di kawasan Sukaasih.
Bahkan penguraian sampah organik dengan belatung ini bisa dilakukan hingga 80 hingga 150 kilogram per hari.