Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Pengelolaan Sampah di Tanah Air, Manfaatkan Larva Lalat hingga Rumah Sampah Milik Penderita Gangguan Jiwa

Kompas.com - 06/11/2019, 07:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.COM - Sarimin (59) dan istrinya Suyatmi (45) mendirikan warung di kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Menariknya, di warung sederhana tersebut pembeli bisa membayar makanan dan minuman dengan sampal plastik tanpa harus mengeluarkan uang tunai.

Pelanggan warung tersebut rata-rata adalah pemulung, pengepul, dan sopir truk sampah yang banyak beraktivitas di kawasa TPA Jatibarang.

Pemulung yang datang sedikitnya membawa 20 kilogram sampah plastik yang dihargai Rp 20.000. Setelah dipotong harga makanan, selisih uang secara otomatis akan menjadi tabungan para pemulung.

Selain warung makana milik Sarimin, ada beberapa pengelolaan sampah yang unik dan inspiratif di Inonesia

Baca juga: Kisah Sarimin Buka Warung Makan Dibayar Pakai Sampah Plastik

Berikut 9 cerita pengelolaan sampah yang dirangkum Kompas.com:

 

1. Desa di Banyuwangi manfaatkan larva lalat urai sampah

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas pun mengajak puluhan kepala desa dan lurah dari enam kecamatan untuk melihat langsung pengelolaan sampah di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Selasa (29/10/2019).Dok. Humas Pemkab Banyuwangi Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas pun mengajak puluhan kepala desa dan lurah dari enam kecamatan untuk melihat langsung pengelolaan sampah di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Selasa (29/10/2019).
Desa Tambakrejo dijadikan sebagai desa percontohan pengelolaan sampah untuk desa-desa di Banyuwangi.

Di desa tersebut, ada budidaya larva lalat black soldier fly yang memiliki kemampuan mengurai sampah.

Bukan hanya itu. Pengelolaan sampah di desa tersebut didukung organisasi non-pemerintah internasional Systemiq, yang didanai pemerintah Norwegia dan institusi bisnis Borealis dari Austria.

Mereka bekerja sama menjalankan program Stopping The Tap On Ocean Plastic (STOP) dan mengajak warga untuk menghentikan kebiasaan buruk membuang sampah di laut.

Pihak desa juga mengajak warga membayar iuran untuk sampah. Alhasil saat ini 8.900 warga Desa Tembokrejo telah aktif membayar iuran sampah

Selain iuran, Chief Delivery Officer STOP Project Systemiq, Andre Kuncoroyekti menjelaskan, Systemiq turut melibatkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai pengelola sampah.

"Sekarang 100 persen warga sudah dilayani BUMDes. Cakupannya sudah mencapai 8.900 rumah tangga di Desa Tembokrejo. Awalnya sebelum kami masuk hanya 400 rumah," jelas Andre

Baca juga: Kisah Sukses Desa Tembokrejo, Kelola Sampah dan Ajak Warga Lebih Peduli Kebersihan

 

2. Kampung Pemulung jadi Desa Wisata Sampah di Semarang

Warga Dusun Tawang Samirono Getasan Kabupaten Semarang mengayam bungkus kopi sachet menjadi taplak.KOMPAS.com/DIAN ADE PERMANA Warga Dusun Tawang Samirono Getasan Kabupaten Semarang mengayam bungkus kopi sachet menjadi taplak.
Sejak tahun 1998, Dusun Tawang, Desa Samirono, Kecamatan Getasan, Semarang dikenal dengan kampung pemulung.

Saat itu, ada 30 warga yang menjadi pemulung. Sekitar tahun 2006 mereka membentuk Paguyuban Ormarose yang artinya Organisasi Mayeng Rosok

Pada tahun 2013, Kepala Dusun Tawang mulai memberdayakan masyarakat untuk mengolah sampah salah satunya dengan membuat Bank Sampah Dadi Mulya.

Setiap Minggu, pengelola bank sampah dengan mobil pikap mengambil sampah rumah tangga lalu dipilih.

Sampah hasil pilahan, diserahkan ke ibu-ibu di bagian kreativitas untuk dibuat aneka kerajinan.

Hasilnya, ada tas, topi, piring, taplak, hiasan meja, ecobrick, tempat tisu, dan dompet.

"Untuk bisa membuat itu, kami mengundang pelatih yang kami bayar secara swadaya. Saat ini, hasilnya sudah layak jual, dari harga Rp 20.000 hingga Rp 80.000 tergantung bahan dan kesulitan," imbuh koordinator bidang kreativitas, Fadillah.

Baca juga: Dusun Tawang, dari Kampung Pemulung Jadi Desa Wisata Sampah

 

3. Dari banjir bandang, terbentuk bank sampah di Garut

Para pengurus Bank Sampah Hade Jaya saat dikunjungi Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhamul Ulum, Minggu (22/09/2019)KOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG Para pengurus Bank Sampah Hade Jaya saat dikunjungi Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhamul Ulum, Minggu (22/09/2019)
Kesadaran masyarakat di Desa Cintaasih, Kesacamatan Samarang, Garut untuk mengelola sampah muncul setelah banjir bandang Sungai Cimanuk pada 20 September 2016.

Warga kemudian membentuk bank sampah Hade Jaya yang didirikan di atas tanah sewa.

Setiap dua minggu sekali, warga yang jadi nasabah bank sampah, menyetorkan sampah rumah tangga mereka setelah dipilah sesuai dengan jenisnya.

Jenis sampah juga akan menentukan berapa uang yang akan didapat dari tiap-tiap nasabah.

“Harganya beda-beda, paling mahal botol dan gelas air mineral, nanti semua dicatat di buku tabungan milik masing-masing warga,” kata Hendi Munawat, Direktur Bank Sampah Hade Jaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com