Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilik Warung Makan Dibayar Pakai Sampah Plastik Masuk 8 Tokoh Indonesia Berpengaruh

Kompas.com - 06/11/2019, 06:06 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sejak tahun 2016 Sarimin (59) dan istrinya Suyatmi (45) membuka warung makan di kawasan Tempat Pembuangan Akhir, Jatibarang, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Warung makan yang juga dijadikan tempat tinggal oleh pasangan suami istri tersebut berdinding tripleks dan beratapkan asbes.

Dengan ukuran 4x7 meter, bangunan sederhana tersebut berjajar dengan bangunan lainnya di kawasan pembuangan sampah akhir di Kota Semarang.

Warung tersebut ada di sebelah kiri, tak jauh dari jalan masuk menuju kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang.

Berbeda dengan warung makan lainnya. Di warung milik Sarimin dan istrinya, pembeli bisa membayar makanan dan minuman dengan sampah platik, tanpa perlu menggunakan uang tunai.

Karena aktivitasnya yang menginspirasi ini Sarimin dan Suyatmi dinobatkan menjadi satu dari delapan tokoh Indonesia berpengaruh, yang diprofilkan dalam program bertajuk Indonesia's Game Changers dari stasiun televisi CNA.

 

Dulu pemulung

Pasangan Sarimin (dua dari kiri) dan Suyatmi (paling kiri) menimbang sampah plastik dari pemulung yang akan ditukarkan dengan seporsi makan di Kantin Gas Methan, di kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (8/6/2016). Pembelian makanan dengan plastik dilakukan atas inisiatif bersama Unit Pengelola Teknis (UPT) TPA Jatibarang dengan pengelola warung untuk mengurangi beban sampah plastik di TPA yang sulit terurai. Kantin tersebut juga menggunakan bahan bakar gas metana yang diolah dari tumpukan sampah.KOMPAS/GREGORIUS MAGNUS FINESSO Pasangan Sarimin (dua dari kiri) dan Suyatmi (paling kiri) menimbang sampah plastik dari pemulung yang akan ditukarkan dengan seporsi makan di Kantin Gas Methan, di kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (8/6/2016). Pembelian makanan dengan plastik dilakukan atas inisiatif bersama Unit Pengelola Teknis (UPT) TPA Jatibarang dengan pengelola warung untuk mengurangi beban sampah plastik di TPA yang sulit terurai. Kantin tersebut juga menggunakan bahan bakar gas metana yang diolah dari tumpukan sampah.
Pada tahun 2013, Sarimin dan istrinya adalah seorang pemulung. Mereka mencari rongsokan yang dijual. Hasilnya untuk kebutuhan sehari-hari.

Mereka lalu bertemu dengan Agus dari Unit Pengelola Tekhnis TPA JAtibarang.

Dari Agus lah tercetus ide membuat warung makan untuk para pemulung atau pengepul yang mencari sampah plastik di area Kota Semarang.

Mereka pun mulai membuka warung makan pada tahun 2016.

Awalnya, inisiatif pembelian makanan dengan sampah plastik ini dilakukan bersama Unit Pengelola Teknis (UPT) TPA Jatibarang.

Lalu Sarimin dan Suyatmi mengelola sendiri warung tersebut

Di warung sederhana tersebut, Sarimin dan istrinya menyediakan beragam lauk pauk seperti lele, mangut, tahu, tempe, dan sambal.

Sarimin pun tak memasang harga mahal. Jadi tak heran banyak pemulung yang setiap hari datang ke warungnya.

 

Tabungan untuk pemulung

Wali kota Semarang Hendrar Prihadi makan di warung berbayar dengan plastik di TPA Jatibarang, Senin (14/3/2016)KOMPASCOM/Nazar Nurdin Wali kota Semarang Hendrar Prihadi makan di warung berbayar dengan plastik di TPA Jatibarang, Senin (14/3/2016)
Pemulung yang datang ke warung Sarimin datang membawa sampah plastik minimal 20 kilogram yang akan dihargai Rp 20.000,

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com