Polisi menduga, suryono tewas karena dibunuh. Seperti diketahui, peristiwa itu terbongkar bermula dari kecurigaan anak korban, Bahar (27), yang menelepon ibunya untuk menanyakan keberadaan ayahnya.
Saat itu Bahar sedang berada di Bali untuk bekerja.
“Jadi saat itu, Bahar hanya mendapat informasi bahwa ayahnya Suryono bekerja di Bali, dan dia bermaksud mencari ayahnya tersebut,” ungkap Kepala Dusun setempat, Edi, Senin (4/10/2019).
Baca berita selengkapnya: Ditemukan Kerangka Dicor di Bawah Mushala, Diduga Pria yang 7 Bulan Menghilang
Di depan polisi, ST mengaku menghabisi nyawa bayinya sendiri dengan cara dimasukkan ke dalam mesin cuci.
Menurut ST, bayi itu merupakan anak dari hubungan asmara dengan pacarnya, AD.
ST mengaku panik setelah mengetahui dirinya telah berbadan dua setelah berhubungan dengan AD.
AD saat itu pun kabur dan enggan bertanggung jawab atas janin yang ada di kandungan.
ST pun kebingungan dan akhirnya menutupi kehamilannya tersebut dengan cara tak manusiasi.
"Saya terpaksa karena pacar saya tidak bertanggung jawab," kata ST saat berada di Mapolresta Palembang, Selasa (5/11/2019).
Baca berita selengkapnya: Ini Pengakuan Ibu yang Masukkan Bayi ke Mesin Cuci hingga Tewas
Sarimin dan istrinya dianggap menginspirasi banyak orang dengan membuat warung makan yang hanya menerima sampah plastik untuk membayar makanan.
Tentu saja, plastik yang digunakan untuk mengganti uang itu adalah jenis plastik yang bisa didaur ulang.
"Sampah plastik bisa ditukarkan di warung untuk membeli makan dan minum. Jenis sampah plastiknya yang bisa didaur ulang, seperti gelas plastik dan botol bekas air mineral, tas plastik bekas, dan yang lainnya," kata Sarimin saat ditemui Kompas.com, Minggu (3/11/2019) sore.
Baca berita selengkapnya: Warung Makan Milik Pasangan Suami Istri Pemulung Ini Jadi Inspirasi, Begini Ceritanya
Usulan pemekaran provinsi di Papua terus berkembang. Dalam usula itu, disebut akan ada dua Daerah Otonomi Baru (DOB), yaitu Papua Tengah dan Papua Selatan.
Namun, Majelis Rakyat Papua ( MRP) menilai, aspirasi pemekaran bukan berasal dari masyarakat.
"Tapi kalau mau, pemerintah pusat dorong pemekaran, karena itu hasil kajian dari intelejen," ujar Ketua MRP Timotius Murib, di Jayapura, Papua, Selasa (5/11/2019).
Baca berita selengkapnya: MRP Tak Merekomendasikan Pemekaran Papua, Ini Alasannya
(Penulis: Kontributor Jayapura, Dhias Suwandi, Kontributor Palembang, Aji YK Putra, Kontributor Jember, Ahmad Winarno, Kontributor Polewali, Junaedi | Editor: Robertus Belarminus, Michael Hangga Wismabrata, David Oliver Purba)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.