Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warung Makan Milik Pasangan Suami Istri Pemulung Ini Jadi Inspirasi, Begini Ceritanya

Kompas.com - 05/11/2019, 08:08 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Siapa sangka pemilik sebuah warung makan sederhana di kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, adalah satu dari delapan tokoh Indonesia berpengaruh.

Ya, pemilik warung itu adalah pasangan suami istri Sarimin (59) dan Suyatmi (45), yang sempat diprofilkan dalam program bertajuk Indonesia's Game Changers dari stasiun televisi CNA.

Sarimin dan istrinya dianggap menginspirasi banyak orang dengan membuat warung makan yang hanya menerima sampah plastik untuk membayar makanan.

Tentu saja, plastik yang digunakan untuk mengganti uang itu adalah jenis plastik yang bisa didaur ulang.

"Sampah plastik bisa ditukarkan di warung untuk membeli makan dan minum. Jenis sampah plastiknya yang bisa didaur ulang, seperti gelas plastik dan botol bekas air mineral, tas plastik bekas, dan yang lainnya," kata Sarimin saat ditemui Kompas.com, Minggu (3/11/2019) sore.

Baca juga: Kisah Sarimin Buka Warung Makan Dibayar Pakai Sampah Plastik

Sarimin lalu menjelaskan, biasanya sampah plastik yang dibawa dari pemulung akan ditimbang, kemudian ditukarkan dengan seporsi makanan di warung kecil miliknya.

Lalu, para pemulung bisa menikmati menu yang ada di warung milik Sarimin yang menyediakan berbagai ragam lauk-pauk, seperti lele, mangut, tahu, tempe, dan sambal.

Sarimin pun tak memasang harga mahal. Jadi tak heran banyak pemulung yang setiap hari datang ke warungnya.

"Pemulung datang bawa sampah plastik, lalu ditimbang minimal harus bawa 20 kilogram, biasanya seharga Rp 20.000. Kalau setiap kali mereka makan ada selisih antara hasil timbangan dan harga makanan, sisa itu otomatis jadi tabungan mereka," kata Sarimin.

Akhir-akhir ini, menurut Sarimin, pelanggannya bukan hanya para pemulung, melainkan juga para sopir truk pengangkut sampah.

Rata-rata 2 ton sampah plastik setiap tiga minggu

Menurut Sarimin, dari warung berbayar sampah plastik itu, dirinya rata-rata mengumpulkan sampah plastik seberat 2 ton.

Setidaknya dua sampai tiga minggu sekali, ia mengirimkan dua ton sampah plastik tersebut ke pabrik di luar kota, seperti Rembang, Demak, Pati, Kudus, Solo, bahkan Surabaya untuk diolah kembali.

Aktivitasnya tersebut menyita perhatian kantor berita CNA, lalu menobatkan Sarimin dan istrinya sebagai satu dari delapan tokoh Indonesia berpengaruh.

Saat itu, keduanya diprofilkan dalam program bertajuk Indonesia's Game Changers dari CNA.

Program tersebut bercerita tentang seseorang yang dinilai dapat membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat melalui kerja keras dan kreativitas.

Membiayai kuliah kedua anaknya

Sarimin penjual warung makan yang punya konsep unik bayar pakai plastik di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Minggu (3/11/2019)KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA Sarimin penjual warung makan yang punya konsep unik bayar pakai plastik di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, Minggu (3/11/2019)

Sarimin patut bersyukur, selama menekuni aktivitas tersebut, dalam sehari ia mampu mendapatkan keuntungan sebesar Rp 100.000. Dari penghasilan tersebut, dirinya bisa menyekolahkan kedua anaknya hingga jenjang kuliah.

"Penghasilan yang didapat sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta setiap bulan. Buat bayar kuliah anak saya. Dua-duanya alhamdulillah bisa kuliah. Anak pertama sudah lulus dan kerja. Kalau yang kedua kuliah juga sambil bantu-bantu nyopir truk sampah," kata Sarimin yang memiliki dua putra ini.

Dulunya hanya seorang pemulung

Bagi Sarimin, ide membuka warung dan pembelian makanan dengan sampah plastik itu dilakukan bersama Unit Pengelola Teknis (UPT) TPA Jatibarang.

Tujuannya adalah untuk mengurangi beban sampah plastik yang sulit terurai.

Berjalannya waktu, Sarimin dan Suyatmi mengelola warung tersebut hingga menjadi berkah bagi mereka, dan tentunya para pemulung yang mengais rezeki dari sampah.

"Sebelum buka warung ini, dulu tahun 2013 saya dan istri saya cuma pemulung. Sehari-harinya cari rongsok dan sampah buat sekolahin anak dan kebutuhan hidup. Modal juga enggak punya. Lalu ketemu Pak Agus dari UPT, akhirnya tercetus ide buka warung ini," kata Sarimin.

(Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor: Khairina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com