Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Korban Gempa Maluku dari Tenda Pengungsian, Sampai Curhat ke Jokowi

Kompas.com - 04/11/2019, 17:55 WIB
Robertus Belarminus

Editor

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga meminta warga agar dapat besabar karena pemerintah terus berusaha untuk segera menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

“Mohon bapak ibu semuanya mengerti keadaan dalam kita mengelola bencana ini. Tapi percayalah bahwa pemerintah ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat,” katanya.

Sementara, Levi Nahumarury, pengungsi di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, berharap kedatangan orang nomor satu di Indonesia itu akan membawa perubahan berarti bagi kondisi para pengungsi di wilayah tersebut.

Levi mengatakan, meski kedatangan Jokowi ke Maluku baru dilakukan setelah sebulan gempa berlalu, tapi kiranya Presiden dapat segera mengambil langkah untuk perbaikan kondisi para pengungsi, tidak hanya di Tulehu namun juga di wilayah Maluku.

“Semoga lewat kedatangan bapak Presiden yang agak terlambat ini, pemerintah bisa segera membangun rumah-rumah yang rusak akibat gempa tidak hanya di Tulehu tapi juga di Kairatu, Liang, Waai, Ambon dan beberapa daerah lainnya,” harap Levi.

Pengungsi lain, Saiful berharap, kedatangan Presiden Jokowi di lokasi pengungsian Desa Tulehu mampu mengangkat moral para pengungsi dari suasana trauma yang selama ini mereka alamai.

Saiful mengaku, kedatangan Presiden akan sangat berarti bagi pengungsi, sebab hal itu membuktikan adanya kehadiran dan keberpihakan negara kepada warga yang terdampak bencana gempa.

Saiful juga berharap agar pemerintah dapat memperhatikan para pengungsi yang rumahnya roboh karena gempa.

Ini karena banyak pengungsi yang masih tinggal di tenda-tenda darurat dalam kondisi sangat memprihatinkan.

Ratusan miliar untuk perbaikan rumah

Untuk memperbaiki rumah warga yang rusak akibat gempa butuh dana ratusan miliar.

Anggaran perbaikan rumah warga yang mengalami kerusakan akibat gempa di tiga wilayah di Maluku mencapai Rp 279.805 miliar.

Hal itu sesuai perhitungan awal yang diusulkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Perhitungan anggaran ini sesuai dengan Surat Keputusan (SK) bupati/wali kota yang wilayahnya terdampak bencana gempa yakni Maluku Tengah, Seram Bagian Barat (SBB) dan Kota Ambon.

Baca juga: Perbaikan Rumah akibat Gempa di Maluku Butuh Rp 279 Miliar

Untuk Maluku Tengah, total anggaran perbaikan yang diusulkan ke BNPB senilai Rp 211,110 miliar.
Jumlah itu untuk perbaikan 9.006 unit rumah yang rusak.

Kemudian, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) totalnya Rp 34,035 miliar, untuk perbaikan 1.500 unit rumah yang rusak.

Sementara untuk Kota Ambon, total anggaran yang diusulkan Rp 34,46 miliar.

Rinciannya, Rp 15,3 miliar untuk perbaikan 306 unit rumah rusak berat dan Rp 9,85 miliar untuk 394 unit rumah yang mengalami rusak sedang.
Kemudian, Rp 9,31 miliar untuk perbaikan 931 unit rumah yang rusak ringan.

Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, setelah mendapat data tersebut, pihaknya akan mengusahakan secepatnya memproses data, agar proses perbaikan segera dilakukan.

“Kita akan coba sesegera mungkin memproses,” ucap Doni, kepada wartawan di Aula Korem 151/Binaiya, Ambon, Minggu (27/10/2019).

Menurut Doni, berdasarkan hasil pertemuan beberapa waktu lalu di Jakarta, diharapkan proses rehabilitasi dan rekonstruksi kerusakan akibat gempa di Maluku, dapat dilakukan tidak terlalu lama.

(Penulis: Rahmat Rahman Patty, Mela Arnani / Editor: Farid Assifa, David Oliver Purba, Abba Gabrillin, Inggried Dwi Wedhaswary, Khairina, Diamanty Meiliana)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com