Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Kakek Suhendri Tanam 1.000 Bibit di Lahan 1,5 Hektar, Jaga Hutan Selama 33Tahun

Kompas.com - 04/11/2019, 11:01 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pada tahun 1971, Suhendri muda menginjak tanah Kalimantan Timur untuk pertama kalinya.

Ia kemudian ikut membangun membangun asrama milik perusahaan kayu. Kala itu Suhendri menyaksikan berhektar-hektar hutan gundul karena pohonnya ditebang.

Tahun itu bisnis kayu sedang marak-maraknya.

Penebangan pohon di hutan tersebut membekas pada pikiran Suhendri. Ia pun termotivasi untuk merawat hutan.

Baca juga: Kisah Suhendri, Kakek 78 Tahun Menolak Rp 10 Miliar Demi Jaga Hutan

 

Menjadi petani

Ilustrasi hutan. Ilustrasi hutan.
Pada tahun 1979 Suhendri memilih menjadi petani. Ia bercocok tanam di lahan milik orang. Tanamannya tumbuh subur. Hasil panen seperti lombok, sayur dan buah-buahan dijual oleh ibunya ke pasar.

Mengetahui hasil panennya bagus, pemilik lahan sempat mengusir Suhendri.

Akhirnya dia memutuskan untuk membeli lahan seharga Rp 100.0000 tersebut dengan mencicil. Ia memilih menjadi petani yang menetap, bukan yang berpindah-pindah seperti petani lainnya.

Setelah lunas, ia kembali membeli lahan seluas 1 hektar dengan cara mencicil.

Baca juga: Tolak Rp 10 Miliar demi Jaga Hutan, Kakek Suhendri: Oksigen bagi Warga

Lokasi dua lahan tersebut berdekatan.

Pada tahun 1986 Suhendri mulai menjadikan lahan miliknya sebagai hutan. Ia menanamnya dengan (pohon) kayu.

Ada 1.000 bibit kayu damar, meranti, kapur, pinus, kayuputih, ulin, dan sengon yang ia dapatkan dari Bogor, Jawa Barat.

Saat ini pohon yang ditanam oleh suami dari Junarsa (80) telah menjadi hutan di tengah Kota Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara.

Baca juga: Dikepung Massa, Wagub Babel Dievakuasi ke Mapolsek, Satpol PP Terluka, Sebagian Lari ke Hutan

 

Tolak uang Rp 10 miliar

Ilustrasi uang dalam amplop.SHUTTERSTOCK Ilustrasi uang dalam amplop.
Lahan milik Suhendri yang berada di tengah Kota Tenggarong banyak dilirik oleh investor.

Kepada Kompas.com, Kamis (31/10/2019) Suhendri bercerita bahwa lahannya pernah ditawar Rp 19 miliar oleh salah seorang investor.

Lahan seluas Rp 1,5 miliat tersebut rencananya akan dijadikan perumahan.

“Banyak yang datang mau beli, tapi saya tidak mau. Apalagi mau bikin perumahan, saya tidak mau, lingkungan rusak," ungkap Suhendri saat berbincang dengan di kediamannya.

Baca juga: Kronologi Rombongan Wagub Babel Dikepung Massa Penambang Liar hingga Lari ke Hutan

Suhendri dan istrinya saat ini tinggal di tepi hutan miliknya. Sekeliling hutan miliknya dipagari kayu agar tidak dirusak oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

“Saya tidak jual. Saya harap ada orang yang bisa melanjutkan merawat hutan ini meski pun bukan keluarga saya,” harap Suhendri.

Hutan tersebut juga menjadi tempat penelitian termasuk oleh mahasiswa asal Jepang. Hutan tersebitt juga banyak dikunjung oleh orang.

Atas kegigihannya mempertahankan hutan miliknya, Suhendri beberapa kali mendapat penghargaan dari berbagai pihak.

"Saya menyiapkan oksigen bagi masyarakat di kota ini," ujar Suhendri

Baca juga: Studi Terbaru: Dampak Iklim karena Kerusakan Hutan 600 Persen Lebih Parah dari Perkiraan

SUMBER: KOMPAS.com (Zakarias Demon Daton | Editor : David Oliver Purba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com