Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Mak Iyah, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot

Kompas.com - 03/11/2019, 18:35 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Pasalnya, ia mengaku sering digigit serangga bahkan jari tangannya pernah dipatuk ular. 

"Di sini digigitnya (menunjukkan jari tangan sebelah kanan), waktu di dapur," ujarnya.

Beruntung nyawanya terselamatkan setelah ia berteriak minta tolong dan dibawa warga berobat ke dokter.

“Kejadiannya sudah lama. Saya sendiri yang bawa ke dokternya untuk diobati. Alhamdulilah bisa sembuh, tapi jari-jarinya jadi merengkel (bengkok),” sahut Erah (65), tetangga setempat.

Kini, tak ada asa berlebih di usia senjanya, Mak Iyah hanya berharap selalu diberikan kesehatan dan tetap bisa makan.

“Emak mah gak mau sakit, tidak punya uang buat beli obatnya. Kalau makan alhamdulillah suka ada yang ngasih,” ucapnya.

Berharap bantuan pemerintah

Warga setempat, Aripin (50) berharap, pemerintah kabupaten maupun pemerintah desa mau mengulurkan bantuan atas kondisi kehidupan mak Iyah.

Sepengetahuannya, belum ada bantuan dari program pemerintah, seperti PKH dan rastra. 

“Untuk makan sehari-hari selama ini dibantu warga. Kadang ada yang ngasih nasi, makanan, ada juga yang ngasih uang,” kata Aripin.

Aripin mengaku sudah empat kali memperbaiki rumah Mak Iyah karena mau ambruk. Namun, karena kondisi rumah tersebut secara keseluruhan sudah lapuk, sehingga mudah rusak.

“Apalagi kalau sudah turun hujan, rumahnya pasti bocor, lantainya tergenang air. Saya dan tetangga yang lain suka langsung cek ke sini (rumah Mak Iyah) melihat kondisinya,” ujarnya.

Karena itu, ia berharap pemerintah mau peduli kepada warga seperti mak Iyah yang sangat mengharapkan bantuan perbaikan rumah agar bisa hidup dengan rasa aman dan nyaman.

“Kami selalu khawatir, apalagi mak Iyah ini hidup sendirian, kalau terjadi apa-apa tidak ada yang tahu,” ucapnya.

UPDATE : Kompas.com menggalang dana untuk membantu para lansia. Sumbangkan rezeki Anda sebagai bakti terhadap orang tua yang dilupakan. Klik di sini untuk donasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com